Selamatkan Pernikahan Anda Sebelum Pernikahan itu Dimulai
(Tujuh pertanyaan yang perlu diajukan sebelum dan sesudah anda menikah)
(Tujuh pertanyaan yang perlu diajukan sebelum dan sesudah anda menikah)
Bagian II
Bab empat memulai dengan pertanyaan yang terdengar sangat
aneh, namun sangat benar, yaitu “Dapatkah anda mengatakan apa yang anda
maksudkan dan mengerti apa yang anda dengar?” Respon kita mungkin adalah dengan
segera menjawab, “ya iya lah…” Namun jika dicermati baik-baik, hal ini yang seringkali
kita gagal lakukan di dalam pernikahan. Seringkali kita mengatakan apa yang
tidak kita maksudkan (misalkan, “kamu ini istri pemalas” padahal yang mau
dikatakan adalah, “saya ini pulang kantor sudah lapar, masa belum selesai juga
masaknya, saya ini lapar sekali.”). Dan sebaliknya seringkali juga kita gagal
mengerti apa yang kita dengar, (misalkan, “kamu ini istri pemalas”, artinya
adalah, “suami saya jengkel karena dia capai dan lapar pulang dari kantor tapi
saya belum siapkan makanannya.”
Perbedaan jenis kelamin ternyata berakibat pada
perbedaan-perbedaan lain pula, seperti perbedaan perasaan, kecenderungan sikap dan
kebutuhan mental. Nah, hal-hal yang seringkali tidak kita pahami ini dijabarkan
pada bab 5 untuk menolong pasangan dapat saling mengerti perbedaan-perbedaan
yang ada. Misalkan wanita butuh dicintai, dalam bentuk didengarkan, ngobrol,
disayang. Sedangkan bagi pria makna cinta itu diwujudkan dalam memberi uang,
memberi rumah, tidak selingkuh. Contoh lain, pria butuh dihargai/dikagumi, pria
suka untuk dipuji atas apa yang telah dia kerjakan. Jika istri kurang
memuji/mengagumi apa yang dilakukan suaminya bisa saja relasi menjadi dingin.
Perbedaan ini dapat membawa hal-hal buruk dalam pernikahan. Kabar baiknya, perbedaan-perbedaan
ini bisa dijembatani, salah satunya dengan cara mengetahui perbedaan itu dan
mencoba untuk menyikapinya dengan baik.
Banyak orang berpikir bahwa pasangan yang kurang bertengkar
adalah pasangan yang baik (apalagi yang tidak pernah bertengkar, pasti adalah
pasangan surgawi). Namun proses menjadi satu sebagai suami istri memang bukan
jalan yang mulus. Dua pribadi yang berbeda menjadi satu pastilah menimbulkan
konflik atau pertengkaran. Oleh karena pertengkaran itu tidak terhindarkan
bahkan diperlukan maka bab 6 memberi petunjuk kepada pembaca untuk boleh tahu
cara bertengkar dengan baik.
Bab terakhir menutup dengan suatu hal yang paling penting
dalam pernikahan yaitu dimensi rohani. Berdasarkan penelitian disebutkan bahwa,
“…ciri-ciri dari pasangan-pasangan yang berbahagia dan telah menikah lebih dari
dua puluh tahuh…adalah ‘iman kepada Allah dan komitmen rohani.’”
Jadi buku ini benar-benar dapat membantu pasangan yang memiliki
rencana akan menikah sehingga mereka dapat memasuki pernikahan dengan persiapan
yang tepat untuk menjalani komitmen seumur hidup. Namun tidak dapat disangkali
buku ini juga perlu dibaca oleh yang telah menikah, karena buku ini pun dapat
membantu untuk “menyelamatkan” pernikahan yang telah dan sedang dijalani.
No comments:
Post a Comment