Judul:
Selamatkan Pernikahan Anda Sebelum Pernikahan itu Dimulai
(Tujuh pertanyaan yang perlu diajukan sebelum dan sesudah anda menikah)
Selamatkan Pernikahan Anda Sebelum Pernikahan itu Dimulai
(Tujuh pertanyaan yang perlu diajukan sebelum dan sesudah anda menikah)
Penulis: Dr. Les Parrott III dan Dr. Leslie Parrott
Penerbit: Immanuel Publishing House
Jenis buku: Keluarga, pernikahan, konseling, psikologi
Resensi:
Pernikahan adalah hal yang biasa. Hampir semua orang menikah
demikian juga orang-orang sebelum dan setelah kita. Walaupun pernikahan adalah
hal yang biasa tentu saja bukan berarti itu adalah hal yang mudah, adalah hal
yang dengan sendirinya akan berjalan dengan baik. Itulah sebabnya banyak juga
ucapakan, “pernikahan adalah akhir dari kebebasan/kemerdekaan”. Pernikahan
bukanlah menjadi suatu sukacita, kemerdekaan mencapai cita-cita, atau suatu anugerah;
pernikahan menjadi sesuatu yang menakutkan, yang mengekang, melelahkan,
merepotkan. Itulah sebabnya banyak pernikahan yang berakhir ditengah jalan
(atau bahkan di awal), padahal telah mengucapkan, “setia dalam suka dan duka,
hingga kematian memisahkan kita.”
Buku ini menjadi jawaban dan tanggapan bagi kondisi yang
telah digambarkan di atas. Muncul dari beban pelayanan terhadap keluarga, serta
pendidikan tingkat atas dalam hal psikologi keluarga membuat suami-istri Parrott
menuangkan pengalaman dan pengetahuan mereka dalam buku ini “Saving your
marriage before it starts”. Dalam buku ini dijabarkan, ternyata memasuki
pernikahan membutuhkan modal agar pernikahan dapat bertahan dan mendatangkan
sukacita. Mereka akan menjabarkan modal itu melalui suatu cara yang menarik. Daripada
langsung menggurui, mereka akan “mengajari” pembaca dengan mengajukan
pertanyaan terlebih dahulu, seperti, “apakah anda sudah menghadapi mitos-mitos
pernikahan dengan jujur?, sudahkan anda menjembatani perbedaan jenis kelamin?,
apakah anda tahu bagaimana bertengkar dengan baik?”
Pada bab satu dijabarkan tentang mitos-mitos cinta yang
membuat pernikahan akhirnya menjadi mengecewakan karena ternyata mitos-mitos
itu salah, padahal sudah terlanjur menikah. Beberapa contoh mitos itu adalah
suami-istri mengharapkan hal-hal yang persis sama (padahal kebanyakan masing-masing
pribadi memiliki cita-cita, harapan dan hal yang berbeda walaupun setelah
menikah), segala sesuatu yang baik dalam hubungan kami akan semakin baik
(kenyataannya justru semakin memburuk setelah menikah), pasangan saya akan membuat
saya utuh/bahagia (padahal keutuhan/kebahagiaan itu hanya bisa tercapai jika
kedua belah pihak bekerja sama bukan hanya salah satu).
Bab kedua menjabarkan tentang jenis cinta. Cinta sejati
memiliki 3 aspek, yaitu gairah (nafsu seksual), keintiman (keakraban/relasi)
dan komitmen. Apakah pernikahan kita memiliki 3 aspek cinta ini dengan seimbang
atau tidak? Apakah pernikahannya baik dalam gairah tapi buruk di keintiman? Atau
sebaliknya? Buku ini akan membahas hal itu di bab ini.
Di bagian bab tiga memulai dengan pertanyaan, “sudahkah anda
mengembangkan kebiasaan berbahagia?” Tentu saja hal ini menunjukkan bahwa
penulis buku menyadari banyak orang tidak bahagia dalam pernikahannya. Apa rahasia
untuk dapat menjadi bahagia dalam pernikahan? Ternyata ada sifat dan kebiasaan
yang membuat kita kehilangan kebahagiaan dalam pernikahan, bahkan dalam hidup.
No comments:
Post a Comment