Friday, August 24, 2012

Selamatkan Pernikahan Anda Sebelum Pernikahan Itu Dimulai


Judul:
Selamatkan Pernikahan Anda Sebelum Pernikahan itu Dimulai
(Tujuh pertanyaan yang perlu diajukan sebelum dan sesudah anda menikah)
Penulis: Dr. Les Parrott III dan Dr. Leslie Parrott
Penerbit: Immanuel Publishing House
Jenis buku: Keluarga, pernikahan, konseling, psikologi

Resensi:
Pernikahan adalah hal yang biasa. Hampir semua orang menikah demikian juga orang-orang sebelum dan setelah kita. Walaupun pernikahan adalah hal yang biasa tentu saja bukan berarti itu adalah hal yang mudah, adalah hal yang dengan sendirinya akan berjalan dengan baik. Itulah sebabnya banyak juga ucapakan, “pernikahan adalah akhir dari kebebasan/kemerdekaan”. Pernikahan bukanlah menjadi suatu sukacita, kemerdekaan mencapai cita-cita, atau suatu anugerah; pernikahan menjadi sesuatu yang menakutkan, yang mengekang, melelahkan, merepotkan. Itulah sebabnya banyak pernikahan yang berakhir ditengah jalan (atau bahkan di awal), padahal telah mengucapkan, “setia dalam suka dan duka, hingga kematian memisahkan kita.”

Buku ini menjadi jawaban dan tanggapan bagi kondisi yang telah digambarkan di atas. Muncul dari beban pelayanan terhadap keluarga, serta pendidikan tingkat atas dalam hal psikologi keluarga membuat suami-istri Parrott menuangkan pengalaman dan pengetahuan mereka dalam buku ini “Saving your marriage before it starts”. Dalam buku ini dijabarkan, ternyata memasuki pernikahan membutuhkan modal agar pernikahan dapat bertahan dan mendatangkan sukacita. Mereka akan menjabarkan modal itu melalui suatu cara yang menarik. Daripada langsung menggurui, mereka akan “mengajari” pembaca dengan mengajukan pertanyaan terlebih dahulu, seperti, “apakah anda sudah menghadapi mitos-mitos pernikahan dengan jujur?, sudahkan anda menjembatani perbedaan jenis kelamin?, apakah anda tahu bagaimana bertengkar dengan baik?”

Pada bab satu dijabarkan tentang mitos-mitos cinta yang membuat pernikahan akhirnya menjadi mengecewakan karena ternyata mitos-mitos itu salah, padahal sudah terlanjur menikah. Beberapa contoh mitos itu adalah suami-istri mengharapkan hal-hal yang persis sama (padahal kebanyakan masing-masing pribadi memiliki cita-cita, harapan dan hal yang berbeda walaupun setelah menikah), segala sesuatu yang baik dalam hubungan kami akan semakin baik (kenyataannya justru semakin memburuk setelah menikah), pasangan saya akan membuat saya utuh/bahagia (padahal keutuhan/kebahagiaan itu hanya bisa tercapai jika kedua belah pihak bekerja sama bukan hanya salah satu).

Bab kedua menjabarkan tentang jenis cinta. Cinta sejati memiliki 3 aspek, yaitu gairah (nafsu seksual), keintiman (keakraban/relasi) dan komitmen. Apakah pernikahan kita memiliki 3 aspek cinta ini dengan seimbang atau tidak? Apakah pernikahannya baik dalam gairah tapi buruk di keintiman? Atau sebaliknya? Buku ini akan membahas hal itu di bab ini. 

Di bagian bab tiga memulai dengan pertanyaan, “sudahkah anda mengembangkan kebiasaan berbahagia?” Tentu saja hal ini menunjukkan bahwa penulis buku menyadari banyak orang tidak bahagia dalam pernikahannya. Apa rahasia untuk dapat menjadi bahagia dalam pernikahan? Ternyata ada sifat dan kebiasaan yang membuat kita kehilangan kebahagiaan dalam pernikahan, bahkan dalam hidup.

No comments:

Post a Comment