Judul: Karunia Musik:
Para Komponis Besar dan Pengaruh Mereka
Penulis: Jane Stuart Smith dan Betty Carlson
Penerbit: Momentum, 2003
Halaman: 458 halaman
Kategori: Biografi, musik, religiusitas
Musik….
Berkat terbesar bagi umat manusia demikian banyak kata orang. Musik
memberikan warna pada hidup kita. Saat kita senang kita menyanyi, saat kita
sedih kita menyanyi untuk mengungkapkan perasaan dan menghibur diri, saat kita
jatuh cinta kita menyanyi sebagai ekspresi gejolak cinta kita, dsb.
Tidak ada
salahnya kita mengenal berbagai macam musik, karena itu seperti memiliki barang
berharga. Semakin banyak kita punya, semakin kita luas wawasan serta semakin
dapat menikmati keseluruhan kekayaan kebudayaan.
Pada masa
ini sayangnya banyak orang Kristen tidak mengenal musik klasik sebagai salah
satu tipe musik yang “kaya dan dalam”. Buku ini ditulis untuk memperkenalkan
orang-orang saat ini dengan musik klasik. Para pembaca tidak diharuskan untuk
selalu menyukai musik klasik, namun melalui buku ini pembaca dapat memperoleh
suatu pengenalan dan berkat musik yang lebih indah.
Buku ini
memulai dengan peranan kitab mazmur dalam sejarah musik barat. Mazmur 98
mengilhami Isaac Watts untuk “Joy to the World” serta Mazmur 90 untuk lagu “O
God, our Help in Ages Past”. Luther menciptakan “A Mighty Fortress” dari Mazmur
46. Mazmur terus dipakai sejak zaman Yesus, hingga rasul-rasul. Kemudian terus
dipakai misalkan oleh Ambrosius dan Paus Gregorius I. Pada masa Luther dan Calvin, Mazmur pun
dinyanyikan, bukan sekedar dibaca. Johan Sebastian Bach dan Handel juga. Ini
menunjukkan bahwa Mazmur membawa pengaruh yang besar kepada sejarah musik,
nyanyian mazmur telah menjadi “garam dunia” dalam dunia musik.
Antonio Vivaldi
Hidup tidak
selalu adil, tapi hidup yang bermutu akan seperti monumen. Demikian gambaran
dari seorang komponis terkenal, Antonio Vivaldi 1678-1741. Ia harus meninggal
dalam kemiskinan dan tanpa kemasyuran. Kuburannya tidak diketahui di mana.
Musiknya tak dikenal, dilupakan dalam perpustakaan pribadi atau umum. Namun
karyanya ternyata diangkat kembali 20-30 tahun kemudian oleh komponis lain
bernama Bach. Dia menjadi kepala dari sekolah musik yang bekerja sama dengan
biara-biara yang menampung anak-anak terlantar. Anak-anak terlantar ini lalu
juga dibesarkan dengan pendidikan musik sehingga mereka menjadi anak-anak yang
tumbuh besar dengan musik dan memainkan musik dengan indah. Anak-anak ini lalu
seringkali muncul dalam “konser amal” dan ditonton oleh pengunjung, dan konser
mereka ini sangat bagus. Vivaldi-lah yang menggubah lagu-lagu konser mereka
hingga 400 konserto.
Salah satu
karya terkenal dan terpopuler vivaldia adalah “four season”
Johann Sebastian Bach (1685-1750)
Bersal
darikeluarga pemusik. Mereka meninggalkan Hungaria dalam suatu perang berbau agama
karena mereka memilih untuk mempertahankan iman alkitabiah mereka. Bach dikenal
sebagai komposer (penggubah lagu) terbesar. Dia berada di masa musik Barok.
Bach lahir di kota Eisenach, Jerman; kota yang sama di mana 150 tahun
sebelumnya Marthin Luther menerjemahkan Alkitab ke bahasa Jerman. Bisa
dikatakan bhwa jika tidak ada seorang Luther maka tidak ada seorang Bach. Fokus
kehidupan spiritual Bach adalah dalam kekristenan dan dalam pelayanan rohani
melalui musik. Bach menyadari bahwa dia berhutang kepada Tuhan dan
Juruselamatnya, ini menjadi motivasinya dalam berkarya. Keyakinan akan relaitas
surga dikatakan membuat musiknya tidak lekang oleh waktu. Ia terus berkarya
dengan alasan utama untuk kemuliaan Allah dan menyegarkan pikiran. Karyanya
mempengaruhi Mozart, Beethoven, Mendelssohn, Chopin dsb.
Karya Bach
disebutkan berhasil menyatukan Alkitab, musik dan sejarah menjai satu kesatuan
yang menyeluruh. Mirip dengan Rembrant dalam hal lukisan yang mengungkapkan
kebenaran Alkitab melalui media seni yang tinggi.
Puncak karya
Bach sebagai musisi gereja adalah karya berjudul St. John Passion dan
St.Matthew Passion. Dalam naskah-naskah musiknya ia kerap kali menuliskan
kata-kata, “dengan pertolongan Yesus,” atau “kemuliaan hanya bagi Allah.” Ini
menunjukkan bahwa karunia musiknya berasal dari Tuhan.
Dia
meninggal dalam usia 65 tahun, setelah sebelumnya bergelut dengan memburuknya
penglihatannya, bahkan hingga buta. Berkenaan dengan kematian dia pernah
membuat lagu “Come Sweet Death” yang menunjukkan perenungannya yang mendalam
tentang kematian. Dia menyambut kematian walapun dia juga takut terhadapnya. Di
antara ketakutannya dan kerinduannya akan surga berdirilah suatu batu karang
yang kokoh yaitu imannya kepada Tuhan Yesus. Lalu pada saat menjelang kematian
di atas ranjang dia masih mendiktekan lagu terakhirnya yaitu “Before Thy Throne
I Now Appear” (Di HadapanMu Tuhan Aku Sekarang Datang).
Buku ini
terus menerus menyampaikan himbauan, “Kita perlu mundur agar dapat melangkah
maju” yang berarti kita perlu melihat dan mempelajari sejarah agar dapat
mencapai hal-hal yang lebih baik di masa depan.Ada komposer
lain seperti Handel, Mozart, Beethoven, Mendelssohn, Brahms, Tchaikovsky dan
lainnya. Ada 40an nama yang dibahas dalam buku ini.
Pada
akhirnya kesenian (termasuk musik) adalah suatu karunia yang dimiliki manusia,
karena manusia diciptakan dalam gambar dan rupa Allah. Manusia menikmati
keindahan kesenian karena Tuhan pun ternyata berkarya dan menciptakan dengan
indah. Oleh sebab itu kesenian juga adalah suatu hal dalam kebudayaan yang
harus digarap oleh orang-orang Kristen secara kreatif.
Luther
mengatakan, “Musik adalah karunia dari Allah, bukan dari manusia… setelah
teologi, saya memberi tempat teratas dan penghormatan tertinggi untuk musik.”
Lalu dia juga pernah berkata, “Saya berkeyakinan bahwa semua kesenian, dan
khususnya musik, seharusnya ditempatkan dalam pelayanan kepada Dia yang telah
menciptakan dan memberikan semua itu.” Jadi seni adalah suatu ibadah kepada
Tuhan, dan sepantasnya kita selalu berusaha memberikan seni yang terbaik bagi
Tuhan kita.
Tinjauan
akhir:
-Nampak
bahwa bagi penulis buku ini perlu sekali untuk generasi saat ini selalu
bersedia untuk mempelajari kekayaan seni dan sejarah di masa lalu. Musik-musik
klasik ini dipandang sebagai suatu “harta” dalam dunia seni dan selayaknya
diketahui oleh generasi saat ini. Musik-musik ini dipandang sebagai karya yang
dibuat dengan serius, dengan pengorbanan dan penataan musikal yang baik serta
dipengaruhi bahkan memberitakan tentang alkitab. Tentu saja ini kadang kala
berlawanan dengan musik saat ini yang lebih cenderung bersifat hiburan,
industrialis, mudah didengar dan kadangkala isinya lebih mirip dengan ajaran
duniawi daripada alkitabiah.
-Kemudian
buku ini juga memuat kisah hidup para komposer yang luar biasa. Kisah hidup
mereka layak untuk memperkaya hidup kita pada saat ini. Hidup yang penuh
perjuangan, devosi, dan iman kepada Tuhan. Buku ini bicara tentang musik, tapi
kisah hidup dan lagu-lagu hasil karya mereka ternyata juga menginspirasi hidup
para pembaca.
-Sangat membantu bahwa di tiap akhir bab
disertakan bacaan lebih lanjut dan juga judul/nama karya-karya musik yang
“terkenal” dari tiap komposer. Sehingga jika kita dapat mencarinya di internet (youtube)
atau toko musik untuk mendengarkan lagu-lagu itu, sekaligus mempelajari
keindahan dari karya-karya klasik ini.