Posting ini menandakan bahwa blog dan artikel-artikel resensi telah dibaca atau dilihat lebih dari 1000 (seribu) kali. Tepatnya 1009 kali pada saat posting ini. Akhirnya blog sarebu ini mencapai seribu view. =)
Semoga blog dan resensi ini dapat semakin menolong pembaca dalam memilih buku-buku untuk dibaca dan mendapatkan wawasan yang luas dan iman yang semakin kokoh serta kasih yang melimpah melalui resensi-resensi yang disampaikan.
Salam Sarebu... sampai jumpa di 2000 view...
Tuhan menyertai kita sekalian.
Saturday, April 20, 2013
Thursday, April 11, 2013
Kabar Burung Tentang Dunia Lain
Kabar Burung Tentang Dunia Lain (Rumours of Another World)
Penulis: Philip Yancey
Penerbit: Gospel Press, 2004
Dunia saat ini sudah terjatuh dalam kecenderungan untuk
“membedah” dan “memecah-mecah” setiap bagian bagian dari kehidupan. Manusia
saat ini sangat menyenangi penelitian dan kemudian menjabarkan berbagai hal
dalam berbagai macam hasil. Yancey menggambarkan bahwa dia mengikuti pameran
“Body Plastic” dimana tubuh manusia asli diawetkan dengan zat plastic dan dapat
dilihat bagian-bagian tubuh itu. Tubuh manusia itu dibedah dan diawetkan, dapat
dilihat dan diselidiki, dapat dibandingkan organ yang sehat dengan yang sakit.
Pengetahuan tentang bagian-bagian tubuh manusia bertambah. Namun ada masalah.
Akhirnya manusia mengalami kesulitan untuk “menyatukan” segala hal-hal itu. Bagian-bagian
tubuh yang diawetkan itu bukan “manusia”, bagian-bagian itu jika dipisah-pisahkan
bukanlah manusia hidup. Manusia hidup adalah suatu kesatuan yang luar biasa
dari berbagai macam hal. Ilmu pengetahuan bersifat “membedah” sedangkan manusia
perlu sarana untuk “menyatukan” sehingga hidup itu menjadi satu dan utuh bukan
terpecah-pecah.
Menurut Yancey, Tuhanlah yang dapat menyatukan keterpecahan
itu menjadi satu kesatuan. Banyak hal dalam dunia ini sebenarnya adalah kabar
burung atau rumor tentang dunia lain, tentang suatu hal yang lebih tinggi dari
dunia ini, tentang Allah. Oleh sebab itu manusia memiliki dua pilihan. Untuk
mencari dunia lain itu atau untuk menyangkalinya.
Yancey mengajak kepada para pembaca untuk belajar
“memperhatikan”. Dalam kesibukan sehari-hari dan kericuan dunia teknologi
modern (TV, smartphone) maka seringkali kita tidak memperhatikan akan
tanda-tanda dari dunia yang lain, tanda-tanda keberadaan dan kehadiran Allah.
Kita diajak untuk memperhatikan alam, untuk memperhatikan sikap-sikap dari
manusia (baik yang bajik maupun sikap manusia yang terhilang), untuk
memperhatikan pengalaman orang yang sakit. Tatkala kita memperhatikan dengan
mata rohani maka kita dapat memandang kehidupan seperti Allah memandangnya,
penyatuan dua dunia dan bukan pemisahan.
Kemudian Yancey juga mengajak para pembaca untuk menjalankan
kehidupan sehari-hari sebagai kehidupan yang utuh, di mana Tuhan hadir dalam
segala hal. Manusia memiliki kecenderungan untuk memisahkan antara yang rohani
dengan yang duniawi misalkan gereja itu rohani, bekerja di kantor itu urusan
duniawi. Yancey mengatakan bahwa hidup menjadi berarti tatkala dua dunia
menjadi satu, yaitu saat dunia ini dengan dunia illahi menjadi satu dalam
kehidupan kita, seperti dikutip dari kelompok Benediktin, “Berdoa ya artinya
bekerja dan bekerja ya artinya berdoa.” Dengan bahasa lain, hidup menjadi utuh
tatkala seseorang dalam kehidupan sehari-harinya memindahkan pusat operasi dan
kepentingan dari diri sendiri kepada Allah. Allah di dalam kita dan kita di
dalam Allah. Dengan ini hidup menjadi bermakna, karena Allah ada dan kita hidup
di dalam Dia.
Buku ini juga memberikan 30 halaman untuk membahas tentang
seks. Walaupun seks sering disetan-setankan oleh gereja, sebenarnya seks
sendiri pada mulanya dan asalnya dapat membawa manusia untuk mengenali
penciptanya dan hidup dalam persekutuan dengan Tuhan. Bagian buku ini akan
membahas peran seks dalam kehidupan yang utuh, kehidupan yang tidak memisahkan
dunia ini dengan Allah.
Yancey lalu akan menuliskan 4 bab tentang kekacauan yang
melanda hidup manusia sehingga kehidupan manusia terpecah belah dan gagal untuk
hidup bagi Allah. Segala hal yang nyata dalam kehidupan manusia seperti
kejahatan, hasrat nafsu, dosa akan dipaparkan sebagai hal-hal yang menyamarkan
kabar tentang dunia lain (Allah) namun sekaligus juga menunjukkan akan keberadaan
dan pentingnya dunia lain (Allah). Cerita dan ilustrasi yang diberikan Yancey
akan terasa tidak menghakimi para pembaca, dia tidak menuding ini itu salah
atau ini itu dosa, tapi dia memaparkan cerita-cerita yang membuat kita
menyadari bahwa ini atau itu memang salah atau berdosa.
Pada bagian akhir dari bukunya Yancey mengajak para pembaca
untuk menghidupi dua dunia ini bersama-sama, hidup dengan Allah dalam kita dan
kita dalam Allah, dan tidak membagi-bagi kehidupan ini. Dikutip perkataan C.S.
Lewis, “Bidiklah sorga maka bumi akan dilemparkan kepadamu. Bidiklah bumi maka
engkau tidak akan mendapatkan kedua-duanya.” Yancey mengajak kita untuk hidup
dan melayani dunia ini dengan sikap dan pikiran surgawi. Apa yang kita buat di
dunia ini berpengaruh di dunia yang tidak kelihatan (kita berdoa di dunia, tapi
doa kita didengar di surga; kita menolong orang miskin di dunia namun perbuatan
kita seperti sudah melayani Tuhan sendiri), sebaliknya apa yang perjuangkan di
dunia tidak kelihatan akan berpengaruh ke dunia yang kelihatan (doa orang benar
membawa kesembuhan, pengampunan yang tulus muncul dari hati membawa dampak
kepada orang-orang di dunia yang kita kasihi).
Wednesday, April 10, 2013
You can be a world changer
Judul: You can be a world changer
(Anda bisa menjadi seorang yang mengubah dunia)
(Anda bisa menjadi seorang yang mengubah dunia)
Penerbit: Pionir
Jaya Bandung
Buku dapat diperoleh di toko buku Kristen atau toko buku
umum
Buku ini
merupkan buku yang berisi 101 kisah singkat dan inspiratif dari berbagai macam
orang. Tujuan buku ini adalah melalui kisah-kisah dari orang-orang yang pernah
hidup di dunia ini maka kita dapat menjadi orang-orang yang membawa perubahan
positif bagi dunia di mana kita tinggal. Dalam setiap kisah yang ada akan
disimpulkan dalam kualitas-kualitas karakter yang membuat tokoh-tokoh tersebut
menjadi orang yang membawa perubahan positif dalam kehidupan.
Buku ini
menyadarkan kita bahwa orang yang kelihatan biasa-biasa saja bisa menjadi
seorang yang luar biasa dengan mengembangkan prinsip-prinsip yang dijabarkan
dalam buku ini. Mungkin sebagian besar dari kita tidak bisa mempengaruhi dunia
dengan cara sedramatis tokoh-tokoh ini, namun harus diingat bahwa kita dapat
mempengaruhi orang-orang yang berhubungan dengan kita setiap hari untuk membawa
perubahan positi dalam hidup orang lain. Jika para pembaca menghidupi kisah dan
prinsip dari tokoh-tokoh ini maka akan memberkati hidup mereka sendiri serta
menjadi berkat bagi orang lain.
Berikut ini
adalah beberapa contoh tokoh yang dituliskan dalam buku ini.
Michaelangelo (1475-1564)
Kisah dari
seorang pemahat jenius yang diperintahkan Paus Julius 2 untuk mendekor dan
melukis langit-langit dari kapel Sistine. Kapel ini adalah tempat rapat dari
pimpinan-pimpinan gereja sedunia serta tempat pemilihan Paus. Luas dari
langit-langit ini hampir mencapai 2000 meter persegi, hampir seluas lapangan
sepakbola! Awalnya dia memanggil teman-teman pelukis untuk membantunya, tapi
ternyata hasilnya tidak seperti yang diharapkan maka dia membubarkan pelukis
lainnya, ia membuat kembali gambarnya. Dia melalui berbagai kesulitan, seperti
lupa dibayar oleh Paus, dia sakit-sakitan, terganggu oleh jamur dan kelembaban
di kapel bahkan hingga tubuhnya “membusuk”, belum lagi dia harus melukis di
langit-langit setinggi 20 meter yang berbentuk cekung. Dia berusaha keras
menciptakan yang berbaik, hingga temannya ada yang berkata, “siapa yang akan
tahu apakah gambarmu itu sempurna atau tidak? Begitu tinggi gambar itu di
langit-langit.” Lalu Michaelangelo menjawab, “Saya yang akan tahu itu sempurna
atau tidak!” Ia akhirnya menyelesaikan karyanya yang sangat terkenal itu dan menuliskan,
“saya menderita lebih dari semua orang yang pernah hidup… dan dengan sangat
lelah, tetapi saya mempunyai kesabaran untuk sampai pada tujuan yang
diinginkan.”
Prinsipnya adalah “Para pengubah dunia tekun
dalam mengejar kesempurnaan,”
Fanny Crosby
Saat berusia
6 minggu dia kehilangan penglihatan karena salah pengobatan, tapi dia tidak
pernah menyuarakan kepahitan karena kebutaannya. Dia yakin bahwa Tuhan
menguduskan dia dengan cara itu. Dalam satu kejadian bahkan dia mengatakan,
“kalau saya diberi kesempatan lahir sekali lagi maka saya memilih tetap
buta…karena ketika ke surga yang pertama kali kulihat adalah Dia yang mati
bagiku.”
Dalam kebutaannya
dia menulis lebih dari 8000 lagu. Dia seringkali menulis liriknya dulu atau
mendengarkan nada lalu ciptakan lirik, seperti suatu kali dimainkan lagu dari
seorang istri pendeta. Lalu dia berlutut dan berdoa sambil mendengarkan nada
lagu itu dimainkan sebanyak tiga kali. Lalu dia mengatakan lirik lagu yang
didapatkan dalam doa dan perenungannya, “Blessed
assurance Jesus is mine. What a foretaste of glory divine” atau dalam
bahasa Indonesia, “Jaminan mulia ku diberi…”. Selain itu dia juga menciptakan
banyak lagu lagi yang masih dikenal hingga saat ini seperti lagu To God be the Glory (Mulia bagi Allah).
Prinsipnya adalah “para pengubah dunia fokus
pada berbagai macam kemungkinan bukan pada keterbatasan.”
C.S. Lewis (1898-1963)
Pernah
bertugas militer saat muda, dia terluka dan akhirnya pulang dan menyelesaikan
kuliahnya. Dia akhirnya menjadi professor sastra di Oxford dan Cambridge.
Sebagai pemuda Lewis menganggap dirinya seorang ateis (tidak percaya ada Tuhan).
Pada usia 28 tahun di perpustakaan dia bercakap-cakap dengan Thomas Weldon yang
mengarahkannya pada pencarian dan pergumulan rohani yang berlangsung selama 3
tahun. Pada akhirnya Lewis menulis, “Saya menyerah dan mengakui bahwa Tuhan
adalah Tuhan dan berlutut serta berdoa. Mungkin malam itu adalah pertobatan
paling tidak menyenangkan di Inggris.” Beberapa bulan kemudian dia berkata
bahwa, “Saya telah melewati dari percaya Tuhan kepada percaya pada Kristus dan
kekristenan.” Kemudian dia beribadah dan berkhotbah bahkan disiarkan secara
nasional di Inggris.
Ia dikenal
sebagai seorang tokoh yang tidak membuang logika dan pikiran dari iman,
melainkan merajutnya bersama-sama. Ia mau mengakui bahwa pikiran dan filsfatnya
dulu salah ketika dihadapkan kepada perenungan akan Tuhan dan ajaran-ajaran
Kristen. Dan dia rela bertobat dari kesalahannya.
Prinsipnya adalah “ Para pengubah dunia
memiliki kerendahan hati untuk mengakui kesalahan dan bersedia untuk berubah! “
Jadi buku
ini sangat baik bagi setiap orang yang rindu bacaan yang bermutu bagi hidup
tapi tidak terlalu berat. Karena para pembaca dapat membaca 1-2 kisah saja
setiap hari, namun akan mendapatkan kekuatan serta berkat melalui kisah-kisah
itu serta mendapatkan prinsip yang dapat menjadi pegangan dalam hidup. Buku ini
juga sangat baik bagi para pembicara (pengkhotbah, motivator) sehingga memiliki
contoh hidup dari orang-orang yang menjadi berkat bagi dunia, yang menjadi
pengubah dunia.
Subscribe to:
Posts (Atom)