Judul: Dengan mata menatap ke Yesus
Penulis: Eka Darmaputera
Penerbit: BPK Gunung Mulia
Pdt. Eka
darmaputera adalah seorang pendeta yang sangat terkenal dalam dunia kekristenan
di Indonesia. Dia terus melayani Tuhan hingga akhir hayatnya pada tahun 2005
pada umur 62 tahun karena sakit kanker hati. Ini adalah salah satu dari
beberapa buku kumpulan khotbah Pdt. Eka.
Dalam
bukunya ini ada 23 khotbah dari pendeta Eka.
Dalam
khotbah “hati baru” dia mengajak kita untuk merenungkan tentang kata perjanjian
dalam perjanjian lama dan perjanjian baru. Apa maksudnya perjanjian ini? Ini
menunjukkan hubungan antara Tuhan dan manusia sebagai hubungan yang terikat
perjanjian “covenantal relationship. Artinya ini adalah perjanjian yang kudus.
Dalam Yer 31:31 dikatakan bahwa Allah akan menjadi Allah mereka yang
menunjukkan bahwa Tuhan mengikatkan diri kepada manusia untuk menjadi Tuhan,
Allah, pelindung mereka. Dan kamu akan menjadi umatku. Ini juga tidak berarti
bahwa jika kita layak maka Allah baru menjadi Allah kita. Perjanjian ini
dimulai oleh Allah dan kita menjadi umatNya karena Dia yang memulai perjanjian
itu. Namun jika kita tidak bersikap sebagai umatNya maka perjanjian itu menjadi
batal. Namun jika kita menerima anugerah perjanjian ini maka kita akan
diberikan hati baru.
Dalam
khotbah mengenali kehendak Tuhan penulis menegaskan pentingnya kita untuk
menggumuli atau mencari kehendak Tuhan. Kehendak Tuhan jarang datang tiba-tiba
dan mengatakan ya atau tidak untuk hal yang akan kita putuskan.
Berdasarkan
kisah dari Eliezer hamba Abraham di Kejadian 24 dia menggali bahwa pertama
untuk mengetahui kehendak Tuhan maka kita harus tahu kehendak Tuhan yang umum,
yang prinsip, yang pokok, yang berlaku di mana saja dan kapan saja.
Kemudian
yang kedua adalah mengenali apa yang tidak dia kehendaki. (misal korupsi
dll)
Ketiga
adalah menggunakan akal dan rasio. Cari yang paling benar, paling baik, paling
menyejahterakan jiwa dan paling menjanjikan masa depan yang penuh harapan.
Yang keempat
adalah akal manusia ada batasnya jadi perlu untuk selalu berdoa , meminta
petunjukNya.
Ada juga
khotbah “Tuhan atas pernikahan” , “Mars dan venus”, “bergandengan tangan menyongsong masa depan”
dan “Tak terceraikan” yang pas untuk kondisi pernikahan saat ini dan menjadi
gejala di daerah ini.
Dalam
khotbah yang terakhir dalam buku ini pendeta Eka menunjukkan bahwa bencana
adalah sesuatu yang melanda siapa saja, tanpa memandang agama, ras, status
sosial. Oleh sebab itu dalam menghadapi
bencana jangan memandang perbedaan yang ada. Dalam menghadapi bencana yang ada maka belajar dari kisah
Abraham di Kejadian 12 maka dalam menghadapi dan menyelesaikan bencana jangan
mencari pemecahan yang “mumpung” alias jangka pendek alias instant. Pemecahan masalah harus selalu memikirkan jangka
panjang bahkan hingga konsekuensinya nanti di surga. Pemecahan masalah juga
tidak boleh hanya mementingkan “aku” alias egois. Bukankah banyak korban jatuh
dalam kebakaran bukan karena api tapi karena terinjak oleh orang lain.
Buku ini
adalah buku yang layak dibaca oleh jemaat untuk memampukan jemaat memiliki
bimbingan yang praktis tapi alkitabiah dalam menghadapi kehidupan sehari-hari.
Bahasanya tidak berat tapi pemikirannya dalam dan menyeluruh alias tidak
menggampangkan masalah yang ada (tidak simplistik). Iman jemaat dapat tumbuh
dengan baik tidak hanya dalam pikiran tapi juga dalam tindakan.