Wednesday, March 27, 2013

Teologi Kucing dan Anjing 1

Judul: Teologi Kucing dan Anjing: Mengintrospeksi hubungan kita dengan Allah
Penulis: Bob Sjogren dan Gerald Robison
Penerbit: UnveilinGLORY Indonesia
Cetakan: Cetakan V, September 2008
(Dapat dibeli di Toko Buku Gamaliel GMIM Kristus Manado)

Bukan bermaksud mendiskreditkan salah satu binatang, tapi dari tingkah sehari-hari binatang ini muncul suatu perumpamaan yang menggambarkan kehidupan rohani orang Kristen.
Kisah sikap anjing dan kucing dalam hal menyambut tuan, mau keluar rumah menjadi suatu perbedaan. Anjing menyambut tuannya, kucing cuek. Anjing suka dekat tuannya, kucing sibuk dengan urusannya sendiri. 
Nampaknya anjing memiliki majikan, tapi kucing justru memiliki pelayan. Ciri-ciri anjing adalah setia dan suka melayani, sedangkan ciri-ciri kucing mandiri dan angkuh (mungkin mirip Garfield)
Ada lelucon, seekor anjing berkata, “Engkau mengelu-elusku, engkau memberiku makan, engkau melindungiku, engkau mengasihiku, engkau pasti Allah.” Kalau kucing mengatakan, “Engkau mengelu-elusku, engkau memberiku makan, engkau melindungiku, engkau mengasihiku, aku pasti Allah.”
Ini menggambarkan teologi Kristen yang dipahami saat ini. Banyak seperti kucing bahwa segala sesuatu adalah tentang kita, tentang saya.
Dalam kehidupan orang percaya, tipe anjing dan kucing sama-sama beraktifitas “rohani” seperti doa, ibadah, saat teduh, tapi beda motifasi.
Kristen tipe Kucing juga ingin masuk surga tp mengindari neraka, untuk kenyamanannya, hanya sekilas peduli Kristus. Kristus hanya jadi asuransi neraka, tidak ada sukacita bersama Yesus.
Tipe Anjing juga ingin masuk surga, bersedia “menjual segalanya demi kerajaan surga” alias karena terpesona dengan Tuhan Yesus sehingga rindu berjumpa di surga.
Dalam hal jaminan keselamatan, Kristen tipe kucing meyakini keselamatannya lewat pengalaman atau ucapan iman kepercayaan; sedangkan yang tipe anjing lewat kenyataan hidup dia semakin rindu Tuhan. Yang satu NATO (no action talk only) atau Omdo (omong doang) sedangkan yang satu hidup menunjukkan hidup yang sudah diselamatkan.
Dalam doa, tipe kucing berdoa secara egois untuk diri/gereja sendiri/kelompok sendiri.  Sedangkan tipe anjing berdoa untuk melayani orang lain dan peka kehendak Tuhan.
Dalam penyembahan; tipe kucing memanjatkan lagu-lagu yang menyembah Tuhan karena telah melakukan sesuatu untuk aku. Sedangkan tipe anjing memuji Tuhan bagi Tuhan sendiri dan karena kemuliaanNya.
Dalam Ketuhanan; bagi tipe kucing Tuhan adalah Tuhan selama berfungsi/berguna, jika sudah mengganggu/menuntut maka bukan lagi Tuhan. Bagi tipe anjing Tuhan adalah Tuhan kapan saja dan dimana saja. Tuhan berhak untuk menuntut dan mendidik mereka begitulah sikap Kristen tipe anjing.
Dan banyak lagi….
Teologi tipe kucing tidak salah tapi tidak lengkap. misalkan pemikiran, "Diselamatkan dari neraka" (tidak lengkap). Seharusnya diselamatkan dari neraka untuk hidup bagi Allah, nah ini lengkap.
Tipe anjing bukan fokus pada diri tapi pada Allah, mengutamakan kemuliaan Allah. Allah pada dirinya sendiri yang mulia, yang indah, yang baik dan yang kudus.
Kristen tipe anjing hidup untuk memulikan dan menyembah Tuhan, untuk menyerahkan diri dituntun dan dibentuk oleh TUAN-nya, sadar bahwa hidup bersama Tuannya dalam suka atau duka, sehat atau senang, kaya atau miskin adalah hal yang berbaik.

Thursday, March 7, 2013

Intervensi Adikodrati: Sembilan kisah nyata mukjizat



Judul: Intervensi Adikodrati: Sembilan kisah nyata mukjizat
Editor: Sid Roth dan Linda Josef
Penerbit: Waskita Publishing, Jakarta, 2011

Ada beberapa pengajaran bahwa mujizat-mujizat dalam Alkitab, terutama dalam PB, adalah hal-hal yang telah berhenti pada zaman rasul-rasul. Saat ini, kisah-kisah mujizat dalam Injil itu hanyalah menyampaikan kebenaran-kebenaran rohani, bukan jasmaniah lagi. Ada juga ketakutan bahwa mujizat-mujizat yang ada berasal dari iblis sehingga mendatangkan penyesatan. Sebagian lagi menyatakan bahwa Allah bekerja melalui medis (dokter dan obat-obatan).

Buku ini menantang pikiran dan pengajaran di atas. Mencoba untuk memaparkan pengertian dan kesaksian bahwa Allah masih bekerja dalam mujizat kesembuhan bagi umatNya pada masa kini. Editor buku ini sendiri adalah seorang Yahudi yang kemudian percaya kepada messiah Yeshua/Yesus  dan menaruh perhatian tentang mujizat kesembuhan yang dilihat dan dialami istrinya. Menurutnya Allah melalui Yesus Kristus telah menanggung dosa, kutuk dan penyakit dari manusia, sehingga manusia dapat dibebaskan dari sakit penyakit. Bahkan kuasa penyembuhan ini juga adalah cara untuk mengabarkan injil keselamatan bagi orang lain.

Sebelum saya beranjak lebih jauh, saya akan menyampaikan alasan kenapa buku ini diresensi. Penerbit buku ini dalam pantauan kami menerbitkan buku-buku yang sebenarnya bersifat teologis dan teologi yang bersifat non-kharismatik/pantekostal. Justru itu kemunculan buku ini menarik minat untuk diselidiki, mengapa buku ini muncul dengan karakter yang sangat berbeda dari buku-buku terbitan yang lain.

Ada 9 kisah kesaksian insan manusia yang dituliskan di dalam buku ini, dari berbagai macam penyakit dan latar belakang. Ada yang ketakutan, ada yang kutuk keturunan (emosional, narkoba), ada yang cacat, ada yang tulang rapuh, ada yang bayi tidak sempurna otaknya. Nah menurut buku ini penyakit-penyakit berasal dari iblis dan iblis memberikan penyakit untuk menghancurkan sukacita dan damai sejahtera umat manusia.

Ringkasan dari prinsip dari mujizat penyembuhan menurut buku ini adalah
1.       Allah menginginkan umatnya sehat. Dan Yesus Kristus adalah penyelamat yang menanggung baik dosa dan sakit kita. Yesus menyembuhkan roh dan tubuh kita.
2.       Hadirat Allah dan hubungan dengan Allah lewat doa dan penyembahan adalah lebih penting dari kesembuhan/mujizat yang dicari.
3.       Mujizat dan penyembuhan adalah dua hal yang berbeda. Mujizat adalah suatu penyembuhan yang instant dan penyembuhan adalah suatu mukjizat yang bertahap (hal 18). Jadi proses penyembuhan telah dan terus terjadi tatkala kita percaya, akan sempurna pada waktunya nanti.
4.       Kepercayaan (iman) yang diikuti ketekunan adalah hal yang kunci dalam membuka kuasa penyembuhan dari Allah.
5.       Percaya bahwa Firman Allah adalah kebenaran yang kekal. Ucapkan dan ulang terus menerus dalam pujian, doa dan penyembahan. Meditasikan dengan mengucapkan dengan suara kuat.
6.       Jagalah hati anda. Isilah dan pikirkan hal-hal yang benar, mulia, adil, suci, manis didengar, kebajikan dan patut dipuji. Berikan pengampunan yang tulus dari hati anda.
7.       Tekun dan tidak pernah menyerah! Dikatakan, “pelayanan penyembuhan bukan seperti aturan di mana tiga kali anda salah pukul anda keluar. Anda hanya akan keluar jika anda menyerah. Tetap lakukan sampai anda melihat penyembuhan terwujud. Iman alkitabiah sejati tidak pernah menyerah.”
8.       Iblis akan terus menyerang iman kita, baik dengan kesakitan, atau dengan kata-kata yang melemahkan iman. Tapi kita tidak boleh kalah dan menyerah terhadap serangan iblis. Terus lawan dengan firman Tuhan dan doa sampai dia lari dari kita.

Ada beberapa hal yang prinsip/mendasar yang tidak sependapat dengan pemahaman peresensi, seperti
-Dari mana asal penyakit? Apakah benar setan sebagai satu-satunya penyebab penyakit, ataukah  sebenarnya penyakit itu juga bisa berasal dari kondisi alamiah (virus, bakteri).
-Yang Allah buat untuk satu dia buat untuk semua. (hal.82). Tapi mengapa di Alkitab kita melihat ada perbedaan? Misalkan Petrus dibebaskan dari penjara, sementara Yakobus dipenggal Herodes.
-Kesaksian dari salah satu kontributor tentang perjamuan kudus sebagai sarana untuk sembuh. Menurut hemat peresensi hal utama perjamuan kudus adalah “sebagai peringatan akan Aku”.

Namun beberapa kesaksian juga memuat kesamaan dengan prinsip dari pengajaran yang “Kristen injili” (Christian Evangelical Church) seperti
-          Dalam mencari kesembuhan yang paling penting dan utama adalah mencari Allah, menjalin relasi yang intim dan menyembah-Nya. Sang penyembuh lebih penting dari kesembuhan.
-          Kita tidak berkuasa untuk mengubah diri/menyembuhkan diri, jadi kita bergantung penuh pada dia untuk mengubah dan menyembuhkan kita.
-          Fakta medis adalah hal yang layak diterima, pengobatan medis adalah hal yang digunakan Allah untuk menyembahkan. Tapi fakta medis bukanlah penentu nasib kita, dan pengobatan medis bukanlah satu-satunya cara Allah menyembuhkan dan memulihkan. Fakta medis diterima, tapi fakta medis juga tidak dapat mengalahkan Firman Tuhan yang supranatural/adikodrati.
-          Kehidupan yang sudah disembuhkan Allah harusnya menjadi kehidupan yang bersaksi tentang Kristus dan melayani orang lain.

Kesimpulan:
-          Buku ini memang belum menjadi jalan tengah bagi pengajaran “kharismatik” dengan “protestan”, bisa menimbulkan kontroversi. Tapi bagi yang sudah matang iman dapat menemukan kebenaran-kebenaran yang penting disana.
-          Peresensi sendiri memiliki pandangan “untuk tidak berhenti berjuang hingga Tuhan yang memutuskan.” Manusia berjuang dan berdoa, tapi keputusan akhir ada pada Tuhan. Kewajiban rohani kita adalah “percaya dan bermohon” terus menerus kepada-Nya, keputusan akhir adalah hak dari Allah.