Friday, May 24, 2013

Karunia Musik: Para Komponis Besar dan Pengaruh Mereka

Judul: Karunia Musik: Para Komponis Besar dan Pengaruh Mereka
Penulis: Jane Stuart Smith dan Betty Carlson
Penerbit: Momentum, 2003
Halaman: 458 halaman
Kategori: Biografi, musik, religiusitas

Musik…. Berkat terbesar bagi umat manusia demikian banyak kata orang. Musik memberikan warna pada hidup kita. Saat kita senang kita menyanyi, saat kita sedih kita menyanyi untuk mengungkapkan perasaan dan menghibur diri, saat kita jatuh cinta kita menyanyi sebagai ekspresi gejolak cinta kita, dsb.
Tidak ada salahnya kita mengenal berbagai macam musik, karena itu seperti memiliki barang berharga. Semakin banyak kita punya, semakin kita luas wawasan serta semakin dapat menikmati keseluruhan kekayaan kebudayaan.
Pada masa ini sayangnya banyak orang Kristen tidak mengenal musik klasik sebagai salah satu tipe musik yang “kaya dan dalam”. Buku ini ditulis untuk memperkenalkan orang-orang saat ini dengan musik klasik. Para pembaca tidak diharuskan untuk selalu menyukai musik klasik, namun melalui buku ini pembaca dapat memperoleh suatu pengenalan dan berkat musik yang lebih indah.

Buku ini memulai dengan peranan kitab mazmur dalam sejarah musik barat. Mazmur 98 mengilhami Isaac Watts untuk “Joy to the World” serta Mazmur 90 untuk lagu “O God, our Help in Ages Past”. Luther menciptakan “A Mighty Fortress” dari Mazmur 46. Mazmur terus dipakai sejak zaman Yesus, hingga rasul-rasul. Kemudian terus dipakai misalkan oleh Ambrosius dan Paus Gregorius I.  Pada masa Luther dan Calvin, Mazmur pun dinyanyikan, bukan sekedar dibaca. Johan Sebastian Bach dan Handel juga. Ini menunjukkan bahwa Mazmur membawa pengaruh yang besar kepada sejarah musik, nyanyian mazmur telah menjadi “garam dunia” dalam dunia musik.

Antonio Vivaldi
Hidup tidak selalu adil, tapi hidup yang bermutu akan seperti monumen. Demikian gambaran dari seorang komponis terkenal, Antonio Vivaldi 1678-1741. Ia harus meninggal dalam kemiskinan dan tanpa kemasyuran. Kuburannya tidak diketahui di mana. Musiknya tak dikenal, dilupakan dalam perpustakaan pribadi atau umum. Namun karyanya ternyata diangkat kembali 20-30 tahun kemudian oleh komponis lain bernama Bach. Dia menjadi kepala dari sekolah musik yang bekerja sama dengan biara-biara yang menampung anak-anak terlantar. Anak-anak terlantar ini lalu juga dibesarkan dengan pendidikan musik sehingga mereka menjadi anak-anak yang tumbuh besar dengan musik dan memainkan musik dengan indah. Anak-anak ini lalu seringkali muncul dalam “konser amal” dan ditonton oleh pengunjung, dan konser mereka ini sangat bagus. Vivaldi-lah yang menggubah lagu-lagu konser mereka hingga 400 konserto.
Salah satu karya terkenal dan terpopuler vivaldia adalah “four season”

Johann Sebastian Bach (1685-1750)
Bersal darikeluarga pemusik. Mereka meninggalkan Hungaria dalam suatu perang berbau agama karena mereka memilih untuk mempertahankan iman alkitabiah mereka. Bach dikenal sebagai komposer (penggubah lagu) terbesar. Dia berada di masa musik Barok. Bach lahir di kota Eisenach, Jerman; kota yang sama di mana 150 tahun sebelumnya Marthin Luther menerjemahkan Alkitab ke bahasa Jerman. Bisa dikatakan bhwa jika tidak ada seorang Luther maka tidak ada seorang Bach. Fokus kehidupan spiritual Bach adalah dalam kekristenan dan dalam pelayanan rohani melalui musik. Bach menyadari bahwa dia berhutang kepada Tuhan dan Juruselamatnya, ini menjadi motivasinya dalam berkarya. Keyakinan akan relaitas surga dikatakan membuat musiknya tidak lekang oleh waktu. Ia terus berkarya dengan alasan utama untuk kemuliaan Allah dan menyegarkan pikiran. Karyanya mempengaruhi Mozart, Beethoven, Mendelssohn, Chopin dsb.
Karya Bach disebutkan berhasil menyatukan Alkitab, musik dan sejarah menjai satu kesatuan yang menyeluruh. Mirip dengan Rembrant dalam hal lukisan yang mengungkapkan kebenaran Alkitab melalui media seni yang tinggi.
Puncak karya Bach sebagai musisi gereja adalah karya berjudul St. John Passion dan St.Matthew Passion. Dalam naskah-naskah musiknya ia kerap kali menuliskan kata-kata, “dengan pertolongan Yesus,” atau “kemuliaan hanya bagi Allah.” Ini menunjukkan bahwa karunia musiknya berasal dari Tuhan.
Dia meninggal dalam usia 65 tahun, setelah sebelumnya bergelut dengan memburuknya penglihatannya, bahkan hingga buta. Berkenaan dengan kematian dia pernah membuat lagu “Come Sweet Death” yang menunjukkan perenungannya yang mendalam tentang kematian. Dia menyambut kematian walapun dia juga takut terhadapnya. Di antara ketakutannya dan kerinduannya akan surga berdirilah suatu batu karang yang kokoh yaitu imannya kepada Tuhan Yesus. Lalu pada saat menjelang kematian di atas ranjang dia masih mendiktekan lagu terakhirnya yaitu “Before Thy Throne I Now Appear” (Di HadapanMu Tuhan Aku Sekarang Datang).

Buku ini terus menerus menyampaikan himbauan, “Kita perlu mundur agar dapat melangkah maju” yang berarti kita perlu melihat dan mempelajari sejarah agar dapat mencapai hal-hal yang lebih baik di masa depan.Ada komposer lain seperti Handel, Mozart, Beethoven, Mendelssohn, Brahms, Tchaikovsky dan lainnya. Ada 40an nama yang dibahas dalam buku ini.

Pada akhirnya kesenian (termasuk musik) adalah suatu karunia yang dimiliki manusia, karena manusia diciptakan dalam gambar dan rupa Allah. Manusia menikmati keindahan kesenian karena Tuhan pun ternyata berkarya dan menciptakan dengan indah. Oleh sebab itu kesenian juga adalah suatu hal dalam kebudayaan yang harus digarap oleh orang-orang Kristen secara kreatif.
Luther mengatakan, “Musik adalah karunia dari Allah, bukan dari manusia… setelah teologi, saya memberi tempat teratas dan penghormatan tertinggi untuk musik.” Lalu dia juga pernah berkata, “Saya berkeyakinan bahwa semua kesenian, dan khususnya musik, seharusnya ditempatkan dalam pelayanan kepada Dia yang telah menciptakan dan memberikan semua itu.” Jadi seni adalah suatu ibadah kepada Tuhan, dan sepantasnya kita selalu berusaha memberikan seni yang terbaik bagi Tuhan kita.

Tinjauan akhir:
-Nampak bahwa bagi penulis buku ini perlu sekali untuk generasi saat ini selalu bersedia untuk mempelajari kekayaan seni dan sejarah di masa lalu. Musik-musik klasik ini dipandang sebagai suatu “harta” dalam dunia seni dan selayaknya diketahui oleh generasi saat ini. Musik-musik ini dipandang sebagai karya yang dibuat dengan serius, dengan pengorbanan dan penataan musikal yang baik serta dipengaruhi bahkan memberitakan tentang alkitab. Tentu saja ini kadang kala berlawanan dengan musik saat ini yang lebih cenderung bersifat hiburan, industrialis, mudah didengar dan kadangkala isinya lebih mirip dengan ajaran duniawi daripada alkitabiah.
-Kemudian buku ini juga memuat kisah hidup para komposer yang luar biasa. Kisah hidup mereka layak untuk memperkaya hidup kita pada saat ini. Hidup yang penuh perjuangan, devosi, dan iman kepada Tuhan. Buku ini bicara tentang musik, tapi kisah hidup dan lagu-lagu hasil karya mereka ternyata juga menginspirasi hidup para pembaca.
-Sangat membantu bahwa di tiap akhir bab disertakan bacaan lebih lanjut dan juga judul/nama karya-karya musik yang “terkenal” dari tiap komposer. Sehingga jika kita dapat mencarinya di internet (youtube) atau toko musik untuk mendengarkan lagu-lagu itu, sekaligus mempelajari keindahan dari karya-karya klasik ini.

Total Quality Life: Strategi Mencapai Hidup yang Berkualitas

Judul Buku       : Total Quality Life: Strategi Mencapai Hidup yang Berkualitas
Penulis             : Stan Toler
Penerjemah      : Dian Pradana
Penerbit           : PT BPK Gunung Mulia
Halaman           : 187 halaman
Kategori           : Kehidupan Kristen, motivasi Kristen, manajemen hidup

Buku ini muncul sebagai suatu tanggapan akan kehidupan orang Kristen yang ternyata jauh dari kehidupan yang berkualitas. Kehidupan orang Kristen ternyata tidak memuaskan dan tidak sesuai tujuan-tujuan yang diharapkan. Toler melalui buku ini menyatakan bahwa kehidupan yang berkualitas total ini adalah sesuatu yang bisa dicapai oleh setiap orang Kristen asalkan mereka bersedia untuk berusaha mencapainya. Jadi hidup yang berkualitas total adalah hidup yang bertujuan, efektif dan bermakna.

Untuk mencapai suatu hidup yang berkualitas total maka seseorang harus memulai dengan Ketetapan hati untuk mengejar hidup yang berkualitas. Seseorang harus memiliki ketetapan hati/ tekad untuk menjadikan hidupnya hidup yang berkualitas dan bukan sekedar hidup yang biasa-biasa saja.
Kehidupan berkalitas total ini memiliki ciri yaitu keempat bidang kehidupan (pikiran, tubuh, uang, roh) tidak terpecah-pecah menjadi satu kesatuan yang terkait dalam pribadi seseorang. 
Jadi ada totalitas hubungan antara mind, body, money, spirit.

Setelah ada ketetapan hati/tekad maka yang dibutuhkan berikutnya adalah VISI sebagai tolak ukur kualitas total. Kita harus memiliki bayangan akan menjadi seperti apa hidup kita. Inilah visi.
Visi dari hidup berkualitas total mencakup 4 aspek di atas yaitu pikiran, tubuh, uang dan roh. Bagaimana mencapai pikiran yang berkualitas (bukan selalu berarti untuk mencapai S-3, tapi pikiran yang berkualitas), tubuh yang berkualitas (bukan selalu berarti menjadi binaragawan, tapi sehat/bugar), keuangan yang berkualitas (bukan selalu kaya raya, tapi sejahtera bebas utang), dan roh yang berkualitas. Tentang visi berkualitas ini dibahas dengan panjang lebar.

Pikiran:
Pikiran menjadi pendirian, pendirian menjadi tindakan, tindakan menjadi kebiasaan. Oleh karena itu, kunci mengendalikan hidup anda adalah dengan mengendalikan pikiran anda.
Oleh sebab itu perlu untuk mengevaluasi pikiran kita apakah mendukung hidup berkualitas total.
-          Detoksifikasi mental (bersihkan pikiran, baca kitab suci, hindari berita-berita remeh dan keributan info, pikirkan yang baik, baca buku yang inspiratif)
-          Inventariskan pikiran anda (lihatlah dalam hal pikiran, tubuh, uang, rohani, keluarga, pekerjaan, dan lainnya. Setelah lihat perhatikan apa pikiran anda atau fokus anda dalam hal-hal di atas, apakah hal yang baik atau jelek, hal yang positif atau negatif, atau selama ini tidak pernah anda sadari)
-          Kemudian membuat pilihan yang sehat

Tubuh yang sehat:
Tubuh seringkali diabaikan untuk mencapai hidup yang berkualitas, atau sebaliknya kesehatan tubuh dianggap segala. Namun yang benar adalah tubuh perlu diperhatikan karena akan mempengaruhi 3 bidang hidup yang lain (pikiran, keuangan dan rohani). 
Ada 3 faktor penting untuk tubuh yang sehat yaitu (1) makanan, (2) waktu istirahat dan (3) olahraga!

Sumber penghasilan:
Jangan beli yang anda tidak mampu beli
Banyaklah memberi: dari level kepercayaan, komitmen, level kebahagiaan hingga istirahat
Jim Elliot, seorang misionaris martir di Ekuador, menuliskan “orang yang pandai adalah ia yang memberikan apa yang tidak bisa ia simpan untuk mendapatkan apa yang tidak dapat hilang.”

Jiwa:
Kita adalah manusia yang utuh, pribadi yang integral, oleh sebab itu kita harus memberi makan jiwa kita seperti memberi makan tubuh dan pikiran kita.
Doa: ACTS, bicara dengan dan mendengarkan Tuhan
Mengucap syukur: penelitian mengungkapkan orang yang bersyukur lebih sehat jiwanya dan merasa lebih dicintai. Tipsnya adalah dengan melek mata dan peka terhadap sekeliling kita yang penuh keajaiban.
Meditasi: seperti Daud juga memeditasikan kebaikan Tuhan, keajaiban pekerjaan Tuhan, kebenaran FirmanNya. Meditasi ini meliputi meditasi konsentrasi, yaitu fokus pada pernafasan atau suatu hal dan meditasi kesadaran yaitu melihat dan mengamati hal-hal yang muncul dalam pikiran kita (mengambil jarak jadi orang ketiga).
Meditasi ini juga akan lebih mudah jika kita menjauhkan diri dari “kericuhan” TV, HP, dsb.

Disiplin:
Disiplin bukanlah sesuatu yang menakutkan, melainkan suatu pelatihan untuk menjadi lebih baik!
Kita harus disiplin untuk:
-Mengaudit keyakinan-keyakinan.
Keyakinan kita menentukan tindakan kita, oleh sebab itu penting untuk mengaudit dan mengenalinya.
-kemudian menentukan nilai-nilai.
(nilai hidup yang mau kita hidupi, nilai yang positif, seperti mau mengasihi, menjadi orang yang berani).
-bergaul dengan orang-orang yang positif.
-memilih tertawa
-mengatur ruangan
-menggunakan menit-menit yang ada (manajemen waktu)
-bebas hutang
-warisan

Perubahan
Plan-Do-Check-Act (PDCA).
Perubahan harus direncanakan secara detail, kemudian dilaksanakan, setelah jangka waktu tertentu di cek/evaluasi kegagalan atau keberhasilan dari pelaksanaan rencana, lalu adakan perbaikan rencana (revisi) lalu lanjutkan lagi dengan tindakan/aksi sesuai revisi. Lakukan terus prinsip ini hingga tercapai sempurna.

Pencapaian
Mengingatkan sekali lagi bahwa tujuan-tujuan/mimpi kita untuk hidup berkualitas total itu dalam jangkauan kita.

Tanggapan:
-Buku ini adalah buku yang motivatif dan membantu mengatur hidup kita menjadi lebih baik. Memiliki ciri-ciri Kristen yang kuat dalam pendekatannya walaupun sangat amerika juga (optimis, usaha keras).
-Bagus sebagai buku pengantar untuk kemudian kita mencari buku yang lebih dalam untuk masalah-masalah pokok dalam kita mencapai hidup berkualitas total. Misalkan ada masalah dengan uang, ada buku-buku yang lebih detail dan lengkap menuntun untuk keluar dari masalah keuangan.
-Bagus karena disertai dengan tuntunan dan pertanyaan untuk tindak lanjut, sehingga pembaca dapat mengikuti langkah demi langkah menuju hidup berkualitas total
 

Wednesday, May 22, 2013

Not A Fan (Bukan Seorang Penggemar)



Judul: Not A Fan (Bukan Seorang Penggemar)
Penulis: Kyle Idleman
Penerbit: Literatur Perkantas Jawa Timur (bisa didapatkan di Getsemane/Gramedia)

Kyle Idleman adalah seorang pendeta dari Gereja Southeast Christian di Louisville, Kentucky yang merupakan gereja terbesar kelima di Amerika Serikat. 

Penulis bersaksi bahwa pada suatu waktu sebelum Paskah dia bergumul keras dalam memikirkan apa yang akan dia sampaikan dalam khotbah Paskah itu. Dia tahu bahwa pada masa Paskah (dan Natal) banyak jemaat “musiman” yang datang. Dan dia berharap dengan khotbah yang “luar biasa” maka jemaat musiman itu akan bertobat dan rutin beribadah. Namun yang terjadi adalah setelah Paskah itu jemaat musiman itu tetap menghilang. Pendeta ini sangat susah dan bingung, kenapa ini harus terjadi. Saat itu dia menyadari bahwa Yesus pun tidak pernah membuat khotbahNya menjadi sesuatu yang menarik banyak orang. Bukankah Yesus pernah mengalami saat berkhotbah tentang kebenaran pada akhirnya para pengikutnya meninggalkan dia semua dengan mengatakan, “perkataanNya ini keras, siapa yang dapat menerimanya”. Saat itu pendeta Idleman menangis, karena selama ini dia berusaha untuk membuat khotbahnya menyenangkan pendengar, menarik pendengar, bahkan menggambarkan Yesus sebagai orang yang menarik agar orang-orang mau datang padanya. Dia bertobat dan kemudian dengan serius untuk memberitakan Firman Tuhan bukan untuk menyenangkan manusia melainkan memberitakan kebenaran Tuhan baik itu disukai atau tidak disukai oleh pendengar. 

Hal ini terjadi karena sebenarnya banyak jemaat atau orang Kristen adalah seorang penggemar Yesus. Penggemar Yesus ingin berada cukup dekat dengan Yesus untuk mendapatkan berkat-berkatnNya namun tidak ingin untuk terlalu dekat sehingga mereka harus berkorban. Selama menyenangkan dan aman maka penggemar Yesus akan selalu “dekat”, seperti bergereja, melayani, memberikan persembahan dan berdoa. Namun apakah ini cukup? Apakah ini arti dari mengikut Yesus? Apakah ini arti dari menjadi murid-murid Kristus? Benarkah tanpa pengorbanan kita bisa menjadi pengikutNya? Buku ini merupakan suatu pembimbing untuk mencapai jawaban dari pertanyaan-pertanyaan itu. 

Bagian 1: Penggemar atau Pengikut? Sebuah diagnosis yang jujur
1.       Mau dibawa ke mana?
pada bagian ini penulis menunjukkan bahwa suatu hubungan tidak bisa selama-lamanya status quo, melainkan akan timbul pertanyaan, “akan dibawa ke mana hubungan kita”? Dalam dunia percintaan bisa digambarkan dengan pertanyaan, “akan dibawa ke mana hubungan kita? Mau menikah atau tidak? Atau mau putus? Atau bagaimana?”Jadi hubungan dengan Tuhan ini bagaimana? Mau ke mana?
2.       Sebuah keputusan atau sebuah komitmen?
Menurut penulis keputusan dan komitmen itu berbeda.  Dalam kenyataan banyak orang memutuskan percaya Yesus tapi tidak mengikut Yesus. Alkitab tidak mengizinkan hal ini. Dalam Alkitab Yesus mengatakan “percayalah padaKu” sebanyak 5 kali, namun perkataan, “ikutlah aku” sekitar 20 kali. Ini menunjukkan bahwa percaya dan ikutlah itu sebenarnya terkait, percaya haruslah mengikut, percaya tidak bisa sekedar percaya tanpa kemudian mengalami perubahan hidup dan mengikuti Yesus.
3.       Pengetahuan tentang diriNya atau keintiman denganNya
Tuhan tidak akan mengukur kerohanian kita dari pengetahuan kita tentang diriNya (hafal ayat-ayat alkitab, sejarah gereja, tata gereja) melainkan keintiman hubungan denganNya. Kata Ibraninya adalah Yada, yang berarti mengenal seseorang, atau bisa juga berarti berpadunya kedua jiwa. Kata Yada ini juga yang muncul dalam pengenalan (persetubuhan) antara suami istri. Jadi keintiman dengan Tuhan itu seharusnya mirip tetapi juga melampaui pengenalan suami istri.
4.       Salah satu atau hanya satu-satunya?
Menjadi murid Yesus berarti menjadikan Yesus sebagai yang satu-satunya dalam kehidupan. Kurang lebih seperti suami/istri kita adalah satu-satunya bagi kita. Ada beberapa pertanyaan yang menolong kita untuk melihat apakah kita mengutamakan Yesus atau tidak.
- Anda menghabiskan uang anda untuk apa?
-Ketika anda terluka, ke mana anda pergi mencari penghiburan?
-Apa yang paling mengecewakan atau membuat anda frustasi?
-Apa yang membuat anda sangat bersemangat?
Jika jawabannya bukan Yesus maka kita perlu untuk waspada.
5.       Mengikut yesus atau mengikuti aturan?
Yesus mengecam orang-orang yang mengira bahwa mengikut Yesus sama dengan menaati aturan keagamaan dan kegiatan Kristen. Bisa jadi Kekristenan diwariskan kepada anda atau anda belajar banyak Alkitab dan melakukan kesalehan Kristen, namun hal-hal ini sia-sia jika hati anda tidak benar-benar mencintai Yesus.
Beberapa hal menolong kita untuk melihat apakah kita mengikuti yesus atau aturan:
-apakah tindakan kita hanya dimaksudkan supaya dilihat orang?
-apakah kita lebih memilih aturan daripada relasi?
-apakah kita lebih memilih hukum daripada kasih?
- apakah kita lebih memilih rasa bersalah daripada kasih karunia?
6.       Mengandalkan diri sendiri atau dipenuhi oleh Roh Kudus
Dengan mengakui kelemahan maka kita dapat berserah pada kuasa Roh Kudus untuk menolong kita. Selain itu juga perlu untuk “pernafasan rohani” yaitu melatih diri untuk selalu dikuasai Roh Kudus. Latihannya dengan memaknai nafas, masuk dan keluar udara. Jika masuk kita maknai dengan mengizinkan diri dipenuhi Roh, jika kita menghembuskan nafas maka kita membuang dosa-dosa kita dan bertobat.
7.       Hubungan yang ditegaskan
Hubungan kita dengan Yesus perlu ditegaskan, apakah hanya sekedar pengagum atau pengikut. Penulis mengajak kita untuk melihat apakah kehidupan iman kita bukan berdasarkan perasaan, tapi berdasarkan kehidupan kita yang sesuai dengan firman Tuhan. Penulis mengajak kita untuk memiliki hubungan yang akrab dengan Tuhan sembari hidup seperti yang Dia kehendaki. 

Bagian 2: Ajakan untuk Mengikuti Yesus (versi yang tidak diedit).
Disebut versi yang tidak diedit karena banyak gereja/khotbah yang mengedit pengorbanan atau kesulitan tatkala mengikut Yesus.
8.       Setiap orang diundang-sebuah undangan terbuka
Undangan keselamatan dari Yesus tidak dibatasi oleh asal usul, keterbatasan, dosa-dosa kita, dan kegagalan kita.
9.       Mau mengikut aku-sebuah pengejaran penuh gairah
Penggemar bersikap hati-hati, tidak mau mengorbakan semuanya. Ingin mendapatkan kesenangan sebanyak mungkin tanpa harus mengambil resiko mengalami kesulitan atau pengorbanan. sebaliknya pengikut mengerti bahwa mengikut Yesus adalah pengejaran yang mungkin menuntut segalanya dari mereka, namun itu tetaplah hal yang terbaik dan invertasi terbaik yang bisa diambil.
Penting bagi pengikut Kristus untuk menjaga gairah cinta kepada Yesus Kristus, sehingga bersedia mengikut Dia hingga akhir.
10.   Menyangkal diri-sebuah penyerahan total
Penyangkalan diri meliputi seluruh aspek kehidupan. Tidak bisa memilah-milah, di gereja untuk Tuhan, di tempat kerja setengah untuk Tuhan setengah untuk saya, sedangkan di tempat rekreasi seluruhnya untuk saya. Kita tidak dapat menyebut Yesus Tuhan (Tuan) tanpa menyatakan diri sebagai hambaNya. Hamba mengikuti perintah dan petunjuk dari tuannya. Jadi penyangkalan diri artinya kita menolak hak untuk menjadi tuan atas hidup kita sendiri, kita menyerahkan hidup kita kepada Tuhan. Allahlah yang sekarang menjadi tuan atas hidup kita. Yang dengan sukacita juga dikabarkan dalam injil bahwa tuan ini ternyata juga adalah bapa surgawi kita.
11.   Pikullah salibmu setiap hari-sebuah kematian tiap hari
Salib adalah simbol penghinan dan penderitaan. Jika saya tidak sedang menderita atau mengorbankan sesuatu benarkah saya mengikut yesus memikul salib? Salib juga adalah simbol kematian, menandakan bahwa kehidupan pengikut kristus adalah kematian setiap hari, suatu pilihan kita untuk mematikan diri kita dan menuhankan Yesus Kristus dalam kehidupan kita sehari-hari. 

Bagian 3: Mengikut Yesus-Kemana pun, Kapan pun, Apa pun
12.   Kemana pun. Bagaimana dengan di sana?
Mengikut Yesus kemana pun kita berada, baik di keluarga, di tempat kerja, di pergaulan. Juga mengikut Yesus kemana pun kita menuju, ke tempat di mana Allah mengutus kita.
13.   Kapan pun. Bagaimana dengan sekarang?
14.   Apa pun. Bagaimana dengan yang itu?

Jadi buku ini pada akhirnya mengajak pembaca untuk tidak sekedar menjadi penggemar Yesus, melainkan bersungguh-sungguh untuk menjadi pengikut Yesus.