Thursday, April 11, 2013

Kabar Burung Tentang Dunia Lain



Kabar Burung Tentang Dunia Lain (Rumours of Another World)
Penulis: Philip Yancey
Penerbit: Gospel Press, 2004

Dunia saat ini sudah terjatuh dalam kecenderungan untuk “membedah” dan “memecah-mecah” setiap bagian bagian dari kehidupan. Manusia saat ini sangat menyenangi penelitian dan kemudian menjabarkan berbagai hal dalam berbagai macam hasil. Yancey menggambarkan bahwa dia mengikuti pameran “Body Plastic” dimana tubuh manusia asli diawetkan dengan zat plastic dan dapat dilihat bagian-bagian tubuh itu. Tubuh manusia itu dibedah dan diawetkan, dapat dilihat dan diselidiki, dapat dibandingkan organ yang sehat dengan yang sakit. Pengetahuan tentang bagian-bagian tubuh manusia bertambah. Namun ada masalah. Akhirnya manusia mengalami kesulitan untuk “menyatukan” segala hal-hal itu. Bagian-bagian tubuh yang diawetkan itu bukan “manusia”, bagian-bagian itu jika dipisah-pisahkan bukanlah manusia hidup. Manusia hidup adalah suatu kesatuan yang luar biasa dari berbagai macam hal. Ilmu pengetahuan bersifat “membedah” sedangkan manusia perlu sarana untuk “menyatukan” sehingga hidup itu menjadi satu dan utuh bukan terpecah-pecah.
Menurut Yancey, Tuhanlah yang dapat menyatukan keterpecahan itu menjadi satu kesatuan. Banyak hal dalam dunia ini sebenarnya adalah kabar burung atau rumor tentang dunia lain, tentang suatu hal yang lebih tinggi dari dunia ini, tentang Allah. Oleh sebab itu manusia memiliki dua pilihan. Untuk mencari dunia lain itu atau untuk menyangkalinya. 

Yancey mengajak kepada para pembaca untuk belajar “memperhatikan”. Dalam kesibukan sehari-hari dan kericuan dunia teknologi modern (TV, smartphone) maka seringkali kita tidak memperhatikan akan tanda-tanda dari dunia yang lain, tanda-tanda keberadaan dan kehadiran Allah. Kita diajak untuk memperhatikan alam, untuk memperhatikan sikap-sikap dari manusia (baik yang bajik maupun sikap manusia yang terhilang), untuk memperhatikan pengalaman orang yang sakit. Tatkala kita memperhatikan dengan mata rohani maka kita dapat memandang kehidupan seperti Allah memandangnya, penyatuan dua dunia dan bukan pemisahan. 

Kemudian Yancey juga mengajak para pembaca untuk menjalankan kehidupan sehari-hari sebagai kehidupan yang utuh, di mana Tuhan hadir dalam segala hal. Manusia memiliki kecenderungan untuk memisahkan antara yang rohani dengan yang duniawi misalkan gereja itu rohani, bekerja di kantor itu urusan duniawi. Yancey mengatakan bahwa hidup menjadi berarti tatkala dua dunia menjadi satu, yaitu saat dunia ini dengan dunia illahi menjadi satu dalam kehidupan kita, seperti dikutip dari kelompok Benediktin, “Berdoa ya artinya bekerja dan bekerja ya artinya berdoa.” Dengan bahasa lain, hidup menjadi utuh tatkala seseorang dalam kehidupan sehari-harinya memindahkan pusat operasi dan kepentingan dari diri sendiri kepada Allah. Allah di dalam kita dan kita di dalam Allah. Dengan ini hidup menjadi bermakna, karena Allah ada dan kita hidup di dalam Dia. 

Buku ini juga memberikan 30 halaman untuk membahas tentang seks. Walaupun seks sering disetan-setankan oleh gereja, sebenarnya seks sendiri pada mulanya dan asalnya dapat membawa manusia untuk mengenali penciptanya dan hidup dalam persekutuan dengan Tuhan. Bagian buku ini akan membahas peran seks dalam kehidupan yang utuh, kehidupan yang tidak memisahkan dunia ini dengan Allah.
Yancey lalu akan menuliskan 4 bab tentang kekacauan yang melanda hidup manusia sehingga kehidupan manusia terpecah belah dan gagal untuk hidup bagi Allah. Segala hal yang nyata dalam kehidupan manusia seperti kejahatan, hasrat nafsu, dosa akan dipaparkan sebagai hal-hal yang menyamarkan kabar tentang dunia lain (Allah) namun sekaligus juga menunjukkan akan keberadaan dan pentingnya dunia lain (Allah). Cerita dan ilustrasi yang diberikan Yancey akan terasa tidak menghakimi para pembaca, dia tidak menuding ini itu salah atau ini itu dosa, tapi dia memaparkan cerita-cerita yang membuat kita menyadari bahwa ini atau itu memang salah atau berdosa. 

Pada bagian akhir dari bukunya Yancey mengajak para pembaca untuk menghidupi dua dunia ini bersama-sama, hidup dengan Allah dalam kita dan kita dalam Allah, dan tidak membagi-bagi kehidupan ini. Dikutip perkataan C.S. Lewis, “Bidiklah sorga maka bumi akan dilemparkan kepadamu. Bidiklah bumi maka engkau tidak akan mendapatkan kedua-duanya.” Yancey mengajak kita untuk hidup dan melayani dunia ini dengan sikap dan pikiran surgawi. Apa yang kita buat di dunia ini berpengaruh di dunia yang tidak kelihatan (kita berdoa di dunia, tapi doa kita didengar di surga; kita menolong orang miskin di dunia namun perbuatan kita seperti sudah melayani Tuhan sendiri), sebaliknya apa yang perjuangkan di dunia tidak kelihatan akan berpengaruh ke dunia yang kelihatan (doa orang benar membawa kesembuhan, pengampunan yang tulus muncul dari hati membawa dampak kepada orang-orang di dunia yang kita kasihi). 

Yancey mengajak para pembaca untuk memiliki iman yang teguh dan hidup di dalamnya bahwa Alkitab mengemukakan realist sebagai suatu keutuhan yang mulus, tanpa pembagian yang jelas di antara yang sacral dengan yang tidak senonoh, atau di antara yang almai dengan yang gaib. Hanya ada satu dunia Allah, dunia yang sakral yang telah dijadikan tidak senonoh oleh pemberontakan manusia. Misi kita adalah menyatukan kedua dunia ini, menghubungkannya kembali dan menguduskan dunia Allah, membangun kerajaan Allah di habitat bumi yang telah dinajiskan. Allah hidup dalam kita dan kita hidup dalam Allah. Sambil menanti akan tibanya hari penyatuan dua dunia, di mana kabar burung akan keberadaan Allah itu akan hilang dan digantikan dengan pujian karena Allah telah membawa bumi dan langit yang baru di mana Dia berada bersama-sama umatNya.

No comments:

Post a Comment