Kabar Burung Tentang Dunia Lain (Rumours of Another World)
Penulis: Philip Yancey
Penerbit: Gospel Press, 2004
Dunia saat ini sudah terjatuh dalam kecenderungan untuk
“membedah” dan “memecah-mecah” setiap bagian bagian dari kehidupan. Manusia
saat ini sangat menyenangi penelitian dan kemudian menjabarkan berbagai hal
dalam berbagai macam hasil. Yancey menggambarkan bahwa dia mengikuti pameran
“Body Plastic” dimana tubuh manusia asli diawetkan dengan zat plastic dan dapat
dilihat bagian-bagian tubuh itu. Tubuh manusia itu dibedah dan diawetkan, dapat
dilihat dan diselidiki, dapat dibandingkan organ yang sehat dengan yang sakit.
Pengetahuan tentang bagian-bagian tubuh manusia bertambah. Namun ada masalah.
Akhirnya manusia mengalami kesulitan untuk “menyatukan” segala hal-hal itu. Bagian-bagian
tubuh yang diawetkan itu bukan “manusia”, bagian-bagian itu jika dipisah-pisahkan
bukanlah manusia hidup. Manusia hidup adalah suatu kesatuan yang luar biasa
dari berbagai macam hal. Ilmu pengetahuan bersifat “membedah” sedangkan manusia
perlu sarana untuk “menyatukan” sehingga hidup itu menjadi satu dan utuh bukan
terpecah-pecah.
Menurut Yancey, Tuhanlah yang dapat menyatukan keterpecahan
itu menjadi satu kesatuan. Banyak hal dalam dunia ini sebenarnya adalah kabar
burung atau rumor tentang dunia lain, tentang suatu hal yang lebih tinggi dari
dunia ini, tentang Allah. Oleh sebab itu manusia memiliki dua pilihan. Untuk
mencari dunia lain itu atau untuk menyangkalinya.
Yancey mengajak kepada para pembaca untuk belajar
“memperhatikan”. Dalam kesibukan sehari-hari dan kericuan dunia teknologi
modern (TV, smartphone) maka seringkali kita tidak memperhatikan akan
tanda-tanda dari dunia yang lain, tanda-tanda keberadaan dan kehadiran Allah.
Kita diajak untuk memperhatikan alam, untuk memperhatikan sikap-sikap dari
manusia (baik yang bajik maupun sikap manusia yang terhilang), untuk
memperhatikan pengalaman orang yang sakit. Tatkala kita memperhatikan dengan
mata rohani maka kita dapat memandang kehidupan seperti Allah memandangnya,
penyatuan dua dunia dan bukan pemisahan.
Kemudian Yancey juga mengajak para pembaca untuk menjalankan
kehidupan sehari-hari sebagai kehidupan yang utuh, di mana Tuhan hadir dalam
segala hal. Manusia memiliki kecenderungan untuk memisahkan antara yang rohani
dengan yang duniawi misalkan gereja itu rohani, bekerja di kantor itu urusan
duniawi. Yancey mengatakan bahwa hidup menjadi berarti tatkala dua dunia
menjadi satu, yaitu saat dunia ini dengan dunia illahi menjadi satu dalam
kehidupan kita, seperti dikutip dari kelompok Benediktin, “Berdoa ya artinya
bekerja dan bekerja ya artinya berdoa.” Dengan bahasa lain, hidup menjadi utuh
tatkala seseorang dalam kehidupan sehari-harinya memindahkan pusat operasi dan
kepentingan dari diri sendiri kepada Allah. Allah di dalam kita dan kita di
dalam Allah. Dengan ini hidup menjadi bermakna, karena Allah ada dan kita hidup
di dalam Dia.
Buku ini juga memberikan 30 halaman untuk membahas tentang
seks. Walaupun seks sering disetan-setankan oleh gereja, sebenarnya seks
sendiri pada mulanya dan asalnya dapat membawa manusia untuk mengenali
penciptanya dan hidup dalam persekutuan dengan Tuhan. Bagian buku ini akan
membahas peran seks dalam kehidupan yang utuh, kehidupan yang tidak memisahkan
dunia ini dengan Allah.
Yancey lalu akan menuliskan 4 bab tentang kekacauan yang
melanda hidup manusia sehingga kehidupan manusia terpecah belah dan gagal untuk
hidup bagi Allah. Segala hal yang nyata dalam kehidupan manusia seperti
kejahatan, hasrat nafsu, dosa akan dipaparkan sebagai hal-hal yang menyamarkan
kabar tentang dunia lain (Allah) namun sekaligus juga menunjukkan akan keberadaan
dan pentingnya dunia lain (Allah). Cerita dan ilustrasi yang diberikan Yancey
akan terasa tidak menghakimi para pembaca, dia tidak menuding ini itu salah
atau ini itu dosa, tapi dia memaparkan cerita-cerita yang membuat kita
menyadari bahwa ini atau itu memang salah atau berdosa.
Pada bagian akhir dari bukunya Yancey mengajak para pembaca
untuk menghidupi dua dunia ini bersama-sama, hidup dengan Allah dalam kita dan
kita dalam Allah, dan tidak membagi-bagi kehidupan ini. Dikutip perkataan C.S.
Lewis, “Bidiklah sorga maka bumi akan dilemparkan kepadamu. Bidiklah bumi maka
engkau tidak akan mendapatkan kedua-duanya.” Yancey mengajak kita untuk hidup
dan melayani dunia ini dengan sikap dan pikiran surgawi. Apa yang kita buat di
dunia ini berpengaruh di dunia yang tidak kelihatan (kita berdoa di dunia, tapi
doa kita didengar di surga; kita menolong orang miskin di dunia namun perbuatan
kita seperti sudah melayani Tuhan sendiri), sebaliknya apa yang perjuangkan di
dunia tidak kelihatan akan berpengaruh ke dunia yang kelihatan (doa orang benar
membawa kesembuhan, pengampunan yang tulus muncul dari hati membawa dampak
kepada orang-orang di dunia yang kita kasihi).
No comments:
Post a Comment