Saturday, December 29, 2012

Self Healing & Counseling: Seni Pemulihan Diri

Judul: Self Healing & Counseling: Seni Pemulihan Diri
Penulis: Julianto Simanjuntak
Penerbit: LK 3

Penulis adalah pendiri dari lembaga LK3 (Layanan Konseling Keluarga dan Karir) dan telah menempuh studi di I3, UKSW Salatiga dan STT Reformed Injili Indonesia Jakarta. Dia telah menerbitkan banyak buku berkenaan dengan pemulihan jiwa, konseling dan keluarga. Buku-bukunya banyak yang didistribusikan di toko buku umum seperti Gramedia. 

Buku ini dibuka dengan kesaksian mujizat pemulihan Kristus yang ajaib dari seorang istri pendeta yang suaminya ditembak oleh teroris. Pembunuhan itu terjadi di depan matanya. Akibatnya dia trauma berat, sulit tidur, perasaannya sangat-sangat tertekan, perasaan kehilangan yang sangat dalam. Namun kesaksian ini ditutup dengan cerita pemulihan yang terjadi. Intinya adalah mujizat pemulihan Kristus yang ajaib itu ada dan masih berlangsung saat ini. 

Pemulihan Kristus ini masih terjadi saat ini bagi setiap dari pada kita. Melalui buku ini, penulis mengajak kita untuk mempersiapkan diri untuk mengalami dan menggunakan berkat pemulihan dari Tuhan. Seringkali berkat pemulihan Tuhan tidak terwujud atau tidak maksimal karena kita tidak tahu bagaimana untuk menerima dan menggunakan berkat Tuhan itu. 

Buku ini juga penting bagi para konselor atau pembimbing rohani karena tugas mereka untuk melayani dan memulihakan orang lain maka perlu untuk mengenali diri sendiri dan mengonseling diri sendiri dulu sebelum melayani orang lain. Jika tidak maka yang terjadi bisa seperti orang sakit berusaha mengobati orang sakit, atau bisa seperti orang buta menuntun orang buta sehingga justru keduanya jatuh ke dalam lubang. 

Ini adalah ringkasan dari 7 tips self healing dan self counseling dalam buku ini.
1. Self talk
Yaitu belajar bicara dengan diri sendiri, tanya jawab dengan diri sendiri, menyelaraskan pikiran dan emosi.
 Misalkan kita merasa marah kepada pasangan kita dapat berbicara dengan diri sendiri untuk semakin mengenali diri kita, kita bicara, “kenapa saya marah ya? Apa yang membuat saya marah kepada dia”, kita dapat menjawab dengan jujur pertanyaan kita sendiri, misalkan, “saya marah karena dia itu tidak hormat sekali ke saya, suaranya yang keras itu membuat saya merasa seperti anak-anak yang dimarahin orang tua”. Kita mengalami pemulihan bahwa yang membuat kita marah adalah suaranya, dan kadangkala pasangan tidak bermaksud tidak hormat, hanya suaranya saja yang keras. 

2. Mengenali bahasa tubuh
Yaitu hal-hal yang bisa melemahkan atau menguatkan tubuh. Untuk memulihkan jiwa juga dibutuhkan tubuh yang baik. Itulah sebabnya jika tubuh lemah/capai, biasanya emosi juga tidak stabil. Tiap orang memiliki hal-hal yang dapat menguatkan tubuh dan jiwanya dan itu harus dikenali. Ada yang lebih cocok dengan suasana dingin, ada yang cocok dengan udara pantai yang panas, ada yang cocok dengan makanan pedas, ada yang dengan makanan manis. Nah jadi dengan tubuh yang lebih fit, lebih mudah juga kita mengalami pemulihan. 

3. Memaknai penderitaan bersama Tuhan
Yaitu memaknai penderitaan secara positif, belajar bersyukur, mengakui dosa dan kelemahan. Penderitaan tidak semata-mata sebagai hukuman dosa atau kutukan, bagi orang percaya penderitaan membawa hikmah atau makna yang positif. 

4. Berani menjalani masalah
Yaitu tidak lari, tidak mengabaikan tapi menjalani masalah.
Untuk mengalami pemulihan jiwa maka kita harus memupuk sifat berani, yaitu berani untuk menghadapi masalah yang ada. Masalah tidak akan selesai jika kita melarikan diri/menghindarinya, masalah juga tidak akan selesai jika diabaikan, masalah akan selesai jika dihadapi. 

5. Berhati pemaaf
Yaitu belajar dan bersedia untuk mengampuni. Ada yang tidak mau memaafkan, tapi ada yang tidak mampu memaafkan walaupun mau memaafkan. Lewat self-talk, doa puasa dan firman Tuhan maka yang tidak mau dapat berubah sehingga mau memaafkan. 

6. Merayakan hidup
Yaitu tidak sekedar meratapi hidup tapi merayakan kehidupan yang Tuhan sudah berikan kepada kita. Ada cerita – cerita misalkan tentang Pam Stenzel yang lahir dari hasil perkosaan. Papanya tidak dikenalnya dan dia anak “haram” tapi akhirnya dia mengalami pemulihan dan justru bersyukur dan merayakan kehidupan yang Tuhan berikan kepadanya.

7. Menciptakan pelangi kehidupan
Yaitu berinisiatif untuk menciptakan keindahan dan penghiburan melalui hal-hal dalam hidup kita, misalkan komunikasi dengan keluarga dan mengingat janji-janji Tuhan. 

Resensi ini mengutip prinsip-prinsip penting dalam buku ini, namun sebenarnya buku ini sangat penuh dengan cerita-cerita nyata yang membantu para pembaca untuk mengerti dan memahami prinsip-prinsip pemulihan itu melalui cerita dan kesaksian yang dituliskan dalam buku ini. Penulis sebagai konselor tentu memiliki kisah-kisah nyata dari para orang yang meminta bantuannya, dan kisah-kisah itu akan sangat menguatkan dan membantu kita untuk mengalami pemulihan jiwa juga.


No comments:

Post a Comment