Wednesday, November 7, 2012

Skandal Hati Nurani Kaum Injili: mengapa hidup orang-orang Kristen serupa dengan dunia? Bag.2



Judul:
Skandal Hati Nurani Kaum Injili: mengapa hidup orang-orang Kristen serupa dengan dunia?
(The Scandal of the Evangelical Conscience)
Penulis: Ronald J. Sider
Penerbit: Perkantas Jawa Timur, 2007


Pada bagian tengah bukunya dia membahas tentang pesan-pesan di kitab-kitab perjanjian baru dan dia menunjukkan bahwa banyak pesan-pesan khotbah sekarang sudah meleset dari berita inti dalam kitab-kitab perjanjian baru.Menurutnya yang dituntut adalah keselamatan yang mewujudkan diri. Ada dokumen pada pada masa orang Kristen mula-mula yang menunjukkan bahwa pola hidup orang-orang Kristen berbeda dan tidak sama dari pola hidup orang-orang lain. Dituliskan oleh Yustinus Martir,
“Mereka-mereka yang dulunya sangat suka kepada percabulan kini memegang kesucian hidup, …kami yang dulunya sangat suka kepada kelimpahan harta benda dan hak milik sekarang…berbagi dengan setiap orang yang dalam kekurangan; kami yang dulunya saling membenci dan saling membunuh dan tidak pernah ingin bergaul dengan orang-orang yang berbeda suku dengan kami karena kebiasaan yang berbeda, sekarang, sejak kedatangan Kristus, hidup akrab dengan siapa saja dan bahkan berdoa bagi musuh-musuh kami."

Berapa analisa mengapa skandal ini terjadi:
-          Masuknya injil murahan. Lahir baru sebagai sesuatu yang mudah dan menguntungkan.
Iman Kristen sebagai sesuatu yang tidak merugikan, keamanan kekal tanpa sesuatu ditanggalkan, tidak ada tuntutan d masa depan, hanya persetujuan lisan yang sederhana. Tidak bicara tentang perubahan hidup. Mengapa tidak menerima asuransi keselamatan tanpa biaya.
-          Ada beberapa doktrin yang diselewengkan, misalnya tentang doktrin keselamatan. Keselamatan itu penting, hidup benar itu kurang penting/tambahan saja, bisa ada bisa tidak. Padahal pembenaran dan pengudusan kedua-duanya adalah bagian sentral dari pengajaran Alkitab atas injil dan keselamatan.
-          Injil sebagai kabar baik seringkali direduksi menjadi kabar baik bahwa Allah telah menyelamatkanmu dari dosa dan kematian. Tapi sebenarnya injil sebagai kabar baik adalah hubungan manusia dengan Allah yang dipulihkan. Jadi meliputi penyelamatan, tapi juga meliputi perubahan diri menjadi seperti Allah di surga.
-          Keselamatan: bukan sekedar mengakui Yesus dan diselamatkan dari neraka. Digambarkan bahwa perkataan Juru selamat di injil ada 16 kali. Sedangkan kata Tuhan/Tuan/Lord dikenakan sebanyak 420 kali. Artinya keselamatan itu menerima berkat keselamatan dari Juru selamat, sekaligus menuankan/tunduk pada sang Tuan.
-          Manusia: seringkali bagian terpenting manusia dianggap adalah jiwa dan Tuhan selalu berurusan dengan jiwa, sehingga seringkali dalam penginjilan yang disebut adalah mencari dan menyelamatkan/memenangkan jiwa-jiwa yg terhilang. Dalam pemahaman Alkitab, setiap pribadi adalah sebuah persekutuan antara tubuh dan jiwa. Itulah sebabnya injil Yesus tidak hanya menyembuhkan jiwa tapi juga tubuh.
-          Dosa menjadi sesuatu yang jarang lagi disampaikan. Lebih banyak kepada penghiburan, pemulihan, kesembuhan. Dosa juga individu dan sosial/struktural.

Gereja diajak untuk memiliki budaya alternatif, yaitu menolak gelombang relativisme, materialisme dan individualisme.
Gereja diajak: 1. Yesus adalah sumber; 2. Gereja dipanggil menjadi kudus; 3.gereja sebagai komunitas(keluarga) 4.komunitas penanding budaya; 5. Tanggung jawab dan kebersediaaan bersama. 6.dalam Roh kudus dan doa.

Namun tetap ada kabar bahagia bahwa ada kemungkinan kita menjadi umat kudus Allah
-          Kaum injili mencapi angka pemberian tertinggi sebesar 29% bahkan lebih dari kalangan katolik sebesar 22% (ini data, bukan pendiskreditan kepada katolik, harap maklum)
-          Mereka yang memiliki komitmen religious yang tinggi didapati 3x lebih banyak dalam melayani orang-orang kesusahan daripada yang memiliki komitmen religious rendah.
-          Mereka yang terlibat sangat aktif dalam kegiatan gerejawi atau tempat-tempat persekutuan hampir 4x lebih banyak dalam memberi bantuan sukarela dibanding yang tidak aktif.
-          Jumlah orang yang memiliki cara pandang alkitabiah juga cenderung lebih banyak beribadah, baca alkitab, menginjili.
-          Perilaku berbeda yang ditunjukkan oleh orang-orang Kristen yang memiliki cara pandang alkitabiah menggarisbawahi pentingnya teologi.
-          91% orang Kristen lahir baru tidak memiliki cara pandang alkitabiah, namun mereka sebenarnya sangat merindukanadanya pertumbuhan rohani.

Kesimpulan akhir:
Keadaan tidaklah seburuk seperti keadaan awalnya. Iman alkitabiah memberi sebuah pembedaan substansial (meskipun tidak cukup) dalam hidup-hidup orang Kristen yang memiliki komitmen sungguh-sungguh. Dan sesungguhnya hampir semua orang Kristen nominal/orang kristen biasa-biasa nampaknya terbuka terhadap pertumbuhan rohani.

No comments:

Post a Comment