Wednesday, May 9, 2012

10 Besar Kesalahan yang Dibuat Para Pemimpin (bag.1)


Resensi
“Sepuluh Besar Kesalahan yang Dibuat Para Pemimpin”
Diterbitkan oleh Interaksara, Batam Center, 2002.

Oleh Hanz Finzel, pernah menjadi pendeta dan juga pernah sebagai Direktur Eksekutif dari CB Internasional. Lewat pengalaman dan studinya yang hingga tingkat doktorat, dia mampu untuk menggabungkan prinsip-prinsip  firman Tuhan, teori-teori kepemimpinan dan pengalaman nyata memimpin dalam gereja maupun organisasi besar yang rumit.

Inilah rangkuman isi bukunya:

Menjadi pemimpin yang baik bukanlah sekedar bakat alam yang muncul begitu saja dari dalam. Para pemimpin harus belajar dari pemimpin sebelumnya dan pemimpin lain. Sebagian pemimpin belajar dari contoh-contoh kepemimpinan yang buruk dan menghindari kesalahan yang sama sehingga menjadi pemimpin yang lebih baik. Sayangnya, sebagian besar pemimpin lain belajar dari contoh-contoh yang buruk dan mengikuti cara dan gaya kepemimpinan yang buruk itu karena berpikir itu adalah hal yang benar!
Sebenarnya apakah pemimpin itu. Kepemimpin itu sebenarnya bukanlah sekedar masalah posisi atau kekuasaan atau uang. Kepemiminan itu adalah tentang pengaruh. Kepemimpinan berarti kemampuan untuk mempengaruhi orang menujuk kepada suatu tujuan/visi. Hal ini membuat kepemimpinan tidak mudah, karena jabatan, kekuasaan atau uang bisa membantu mempengaruhi orang menuju suatu tujuan, tapi sikap, karakter dan visi seorang pemimpinlah yang membuat pengaruh itu masuk ke dalam hati dan pikiran seseorang serta menggerakkan pengikut dari dalam.
Inilah beberapa sikap-sikap salah dalam kepemimpinan yang harus dihindari dan dicarikan alternatif sikap yang lebih baik dalam kepemimpinan:

Sikap top-down:
Seorang pemimpin seringkali merasa berhak, bahkan wajib memerintah bawahannya, menekan bawahannya agar takut dan hormat padanya. Dalam kondisi sekarang (generasi muda) tampaknya pendekatan ini justru melemahkan kepemimpinan dan semangat kerja. Seorang pemimpin yang baik selain memerintah dia juga harus mampu untuk menanamkan kesadaran kerja dalam diri pekerja, sehingga pekerja merasakan penting dan bahagia tatkala dia melakukan kerjanya dengan baik. Tips-tips untuk mencapai hal ini adalah dengan memberikan kesempatan berinovasi, memberikan kepercayaan berupa proyek-proyek yang perlu, memberikan pujian dan motivasi dengan jelas, menciptakan suasana kerja yang menyenangkan serta pemimpin mau untuk turun bersama-sama pekerjanya sehingga tercipta suatu keteladanan dan kedekatan.

Mendahulukan pekerjaan administratif ketimbang urusan sumber daya manusia
Tatkala pekerjaan/pelayanan semakin besar maka yang terjadi adalah urusan administrasi/birokrasi juga meningkat. Justru pada kondisi ini, pemimpin akhirnya seringkali berfokus untuk mengurusi urusan administrasi dengan dalih agar semua tertata rapi/terorganisir dengan baik.  Penulis memperingatkan kecenderungan ini sebagai hal yang berbahaya. Pemimpin justru harus tetap fokus pada pengembangan sumber daya manusia. Semakin besar organisasi justru orang-orang yang di dalamnya semakin membutuhkan hubungan pribadi dengan sang pemimpin, mereka justru membutuhkan kehadiran seorang yang memperhatikan dan memimpin mereka, mereka membutuhkan sentuhan dan kehangatan (suasana kerja seringkali menjadi dingin dan impersonal tatkala birokrasi meningkat). Finzel menuliskan, “manusia mengubah manusia lewat kontak langsung”, jadi lewat kontak langsung, kepercayaan, visi dan penghormatan dapat bersemi dengan alami.


Tidak adanya penegasan
Pemimpin seringkali tidak memberikan penegasan kepada bawahannya. Mana yang disukai dan dipuji, mana yang salah dan tidak baik. Ada tradisi pemikiran Asia, “kalau melakukan yang benar tidak perlu dipuji, karena memang seharusnya lakukan yang benar” sebaliknya, “kalau melakukan yang salah harus ditegur/dihukum sangat keras supaya kapok”, “tidak usah bicara banyak, yang penting sudah ditingkatkan gajinya dan sudah dikurangi beban kerjanya pasti dia senang.” Padahal pemimpin diharapkan mampu memberikan ketenangan dan kejelasan denganmemberikan pujian yang tepat dan teguran yang jelas akan apa yang salah. Jika pemimpin mendengarkan dan memberikan respon yang baik maka pengikut dapat merasakan semangat kerja lagi. Dengan memberikan pujian yang tepat justru pekerja mendapatkan dirinya berarti bagi perusahaan/pimpinan. 

Tak ada tempat bagi “orang yang lain daripada yang lain”
Pemimpin seringkali mendapati dalam organisasi/perusahaanya mendapati tipe “orang yang lain daripada yang lain”. Orang tipe ini seringkali pikiran, idenya, tindakannya tidak seperti pekerja pada umumnya, melainkan cenderung inovatif, idealis, rela susah dan bersemangat. Sayangnya banyak pemimpin (apalagi dalam organisasi yang sudah lama/tua sehingga tidak suka menerima terobosan baru) justru menganggap orang tipe ini sebagai penyakit/gangguan yang harus dibuang. Padahal menurut Finzel, orang-orang seperti inilah yang dapat menjadi “darah baru” bagi kelangsungan suatu organisasi atau perusahaan. Mereka inilah justru calon pemimpin baru bagi masa depan (sayangnya banyak pemimpin lama yang lupa bahwa mereka dulu juga adalah tipe ini). Orang tipe seperti ini membutuhkan bimbingan pimpinan serta ruang bebas untuk berkembang tanpa diikat birokrasi yang terlalu ketat.

Kediktatoran dalam pengambilan keputusan
Ada suatu tradisi yang tak disadari, yaitu seorang pemimpin haruslah tahu semua hal! Tentu hal ini timbul karena pemimpin bisa dihina atau disepelekan jika kurang tahu daripada pengikutnya. Namun kecenderungan ekstrim bahwa pemimpin harus tahu (atau sok tahu) akan segala hal membuat organisasi jatuh (karena tidak seorang pun maha tahu). Seorang pemimpin yang baik mengetahui keterbatasannya dan membiarkan ide-ide yang lebih baik muncul dari antara pengikut/pekerja untuk kemudian saling melengkapi. Dengan hal ini maka pekerja akan merasa terpacu, merasa ikut memiliki dan berusaha untuk melaksanakan ide bersama ini agar berhasil. Pemimpin yang berhasil seperti ini disimpulkan dengan sebutan pemimpin yang fasilitatif (memfasilitasi untuk timbulnya ide-ide dari bawah serta memfasilitasi bawahan untuk berkembang sesuai potensinya).

No comments:

Post a Comment